TUMOR JINAK
Neoplasma, atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan tumor adalah jaringan dengan massa abnormal yang terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dari sel atau jaringan. Biasanya neoplasma ini bersifat tidak fungsional. Tumor disebabkan oleh regulasi pembelahan sel yang abnormal. Secara fisiologis, sel memiliki mekanisme regulasi yang meliputi DNA repair serta mekanisme apoptosis untuk memprogram kematian sel. Ketika terjadi mutasi, mekanisme tersebut tidak berjalan dengan seharusnya sehingga dapat memicu terjadinya proses onkogenesis.
Semua tumor baik jinak maupun ganas memiliki dua komponen dasar yakni, sel neoplastik yang terus menerus berploriferasi, membentuk parenkim neoplasma, dan stroma yang terbuat dari jaringan ikat dan pembuluh darah untuk menyangga tumor.1
Tumor jinak adalah tumor yang berdiferensiasi dengan matang (normal). Pertumbuhannya lambat dan ekspansif serta kadang-kadang berkapsul. Tumor jinak yang paling sering ditemukan adalah keratosis seborhoik.2
Keratosis Seboroik1,3
Tumor epidermis yang umum ditemukan ini paling sering timbul pada usia pertengahan dan usia lanjut. Tumor ini muncul secara spontan dan mungkin menjadi banyak di badan, meskipun eksremitas, kepala, leher dapat juga terkena. Secara klinis, keratosis seboroik tampak sebagai plak bulat, datar, seperti koin yang garis tengahnya bervariasi dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Lesi berwarna coklat muda hingga cokelat tua merata dan biasanya memperlihatkan permukaan granular seperti beludru. Kadang-kadang, keratosis seboroik meradang atau mirip melanoma sehingga perlu diangkat.
Histopatologi
Secara histologis, neoplasma ini bersifat eksofitik dan berbatas tegas dari epidermis di sekitarnya. Tumor ini terdiri atas lembaran-lembaran sel kecil yang sangat mirip dengan sel basal di epidermis normal. Di dalam sel basaloid ini terdapat pigmentasi melanin dengan derajat bervariasi yang merupakan penyebab lesi secara klinis berwarna cokelat dan mungkin mirip melanoma. Pembentukan keratin yang berlebihan (hiperkeratosis) terjadi di permukaan keratosis seboroik, dan adanya kista kecil berisi keratin serta pertumbuhan ke bawah keratin ke dalam masa tumor yang utama, merupakan gambaran khas.
Nevus nevoselular (nevus Pigmentosus)1,3
Nevus berarti setiap lesi kongenital di kulit. Namun, nevus nevoselular berarti setiap neoplasma melanosit yang kongenital atau didapat. Secara klinis, nevus nevoselular merupakan lesi meninggi (papula), berwarna cokelat muda hingga cokelat tua, bewarna merata, kecil (diameter biasanya 5mm atau kurang) serta berbatas tegas atau melingkar. Pertumbuhan progresive sel nevus dari taut dermo-epidermis ke dalam dermis yang terletak dibawahnya disebut proses pematangan. Sel nevus yang kurang matang dan terletak lebih superfisial berukuran lebih besar, cenderung menghasilkan pigmen melanin, dan tumbuh dalam sarang-sarang. Sel nevus yang tumbuh lebih matang dan lebih dalam berukuran kecil, tidak atau sedikit menghasilkan melanin. Hal ini sangat penting untuk segi diagnostik sebab beberapa nevus jinak dari melanoma sedikit atau tidak memperlihatkan pematangan.
Histopatologi
Nevus nevoselular ini dibentuk oleh melanosit yang telah mengalami transformasi dari sel tunggal yang sangat dendritik menjadi sel bulat hingga oval yang tumbuh berkelompok atau membentuk sarang disepanjang taut dermo-epidermis. Nukleus sel nevus uniform dan bulat, mengandung nukleolus yang tidak mencolok, dan tidak atau sedikit memperlihatkan aktivitas mitotik. Lesi ini diperkirakan mencerminkan tahap perkembangan awal pada nevus nevoseluler, disebut nevus junctional. Akhirnya sebagian nevus junctional tumbuh ke dalam dermis di bawahnya sebagai sarang atau genjel sel (nevus compound), dan pada lesi lama sarang di epidermis mungkin lenyap seluruhnya dan menghasilkan nevus dermis murni.
Kista Epidermis (Epidermal Cysts)4
Kista epidermis ( epidermal cyst ) adalah benjolan yang berkembang lambat terdiri dari kantung tipis pada bahan seperti kulit mengandung substansi seperti keju pada sekresi kulit. Kista epidermis, seringkali salah dirujuk sebagai kista sebaceous, yaitu daging berwarna dengan panjang berkisar dari ½ sampai 2 inci melintang. Mereka bisa terlihat di mana saja tetapi paling umum pada kulit kepala, punggung, dan wajah. Mereka cenderung kuat dan mudah untuk berpindah di dalam kulit. Kista epiderma tidak berasa sakit sampai mereka menjadi terinfeksi atau meradang.
Patogenesis kista epidermal adalah trauma pada epidermis sehingga fragmen epidermis masuk ke dalam dermis dan membentuk kista, atau dapat juga terjadi akibat kelenjar sebasea pada kulit mengalami penyumbatan. Sediaan berikut ini berasal dari hasil ekstirpasi (pengangkatan) benjolan pada kulit yang pada bagian sub-epitel tampak adanya kista dengan batas jelas dan pada penampang dalam lumen tampak massa keratin. Secara mikroskopik tampak jaringan kulit dengan kista epidermal. Kista diliputi oleh epitel gepeng berlapis, lumen berisi keratin.
Pengobatan dan Pencegahan
Kista epidermis yang besar diangkat dengan cara operasi setelah anestesi disuntikkan ke dalam daerah yang menonjol. Dinding kantung yang tipis harus sepenuhnya diangkat atau kista akan kembali tumbuh. Kista yang kecil kemungkinan disuntikkan dengan kortikosteroid jika mereka menjadi meradang. Kista kecil yang mengganggu bisa dibakar dengan jarum listrik.
Karena sinar matahari bisa merangsang pertumbuhan kista epidermis, orang dengan kulit agak terang disarankan untuk menghindari matahari dan untuk menggunakan baju pelindung dan tabir surya.
Siringoma1,5
Siringoma sering terjadi pada wanita dewasa tetapi bisa juga mengenai semua orang dewasa. Siringoma adalah neoplasma benigna dengan diferensiasi dari kelenjar ekrin. Siringoma biasanya berbentuk papul dengan jumlah yang banyak (miliar), lentikular, halus dan biasanya berlokasi di bagian muka terutama bagian bawah mata dan juga biasanya ditemukan di pipi dan dahi. Tiga puluh Sembilan persen orang dengan sindrom down juga memiliki penyakit siringoma.
Gambaran histopatologinya berbentuk agregasi dari banyaknya sel epitel yang berbentuk kecil dan tubular pada bagian atas dari lapisan dermis. Area epitel biasanya dikelilingi dengan penebalan akibar dari kumpulan serat kolagen.
Diagnosis bandingnya adalah milia dan angiofibroma. Untuk menemukan penyakit ini bisa digunakan uji immunohistokimia dan akan menemukan kelenjar ekrin dengan fibrous stroma. Untuk penatalaksanaannya biasanya digunakan operasi eksisi dengan alasan untuk kecantikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2005. H. 892.
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.
3. Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatrick’s Dermatology General Medicine, 7th edition. New York: McGraw-Hill, 2008
4. Sudiono J, Kuniadhi B, dkk. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. hal 47
5. Hashimoto, Lever. Benign Tumors of Epidermal Appendages. In: Moschella SL, Hurley HJ, editor. Dermatology. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders Company; 1992. p. 1738-42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar