Kamis, 02 Juni 2011

Mekanisme saluran Pencernaan

A. Mulut
Mulut merupakan pintu masuk makanan ke dalam saluran pencernaan. Bagian-bagian dari rongga mulut antara lain: 
• Bibir (labium inferius dan labium superius) berupa otot membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di mulut. Bibir juga penting untuk berbicara.
• Palatum  membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan rongga mulut dengan hidung. Ada 2 bagian, palatum durum (bagian depan yang keras/tulang) dan palatum mole (bagian belakang- lunak/tidak bertulang). Di palatum mole terdapat uvula.
• Lidah  membentuk dasar rongga mulut dan terdiri dari ototo rangka untuk membantu mengunyah dan mendorong makanan.
• Gigi  berfungsi untuk mengunyah makanan  memotong, merobek, menggiling dan mencampur makanan.
• Gusi  tempat menempel gigi.
• Faring  penghubung antara mulut dan esofagus  sebagai tempat jalannya makanan, dan menyediakan jalan antara trakea dan rongga hidung untuk udara.
• Otot-otot pengunyah  berada di sekeliling mulut, seperti m. masseter, m. temporalis, m. orbicularis oris, m. Pterygoideus medialis dan lateralis, m. Mylohyoideus, m. Buccinatoria, m. Sternohyoideus,m. Thyrohyoideus, m. Geniohyoideus, m. Mentalis, m. Genioglossus, dll
• Kelenjar ludah/saliva  kel parotidea, kel sublingualis, kel submandibularis, dan kel bukal (sangat kecil).
Proses Mengunyah Makanan (Mastikasi)
Ini merupakan langkah awal dari pencernaan. Tujuan mengunyah adalah:
a. Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil untuk mempermudah menelan dan mempermudah kerja enzim pencernaan (yang bekerja hanya pada permukaan partikel makanan), serta mencegah terjadinya ekskoriasi traktus GI.
b. Mencampur makanan dengan saliva.
c. Merangsang papil pengecap. Ini tidak hanya berperan dalam menimbulkan sensasi rasa, tetapi juga secara refleks memicu sekresi saliva, lambung, pankreas, dan empedu sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan makanan.
Prosesnya:
Gigi anterior (incisivus) bekerja dalam memotong makanan, gigi taring merobek makanan, dan gigi posterior yang akan menggiling. Gigi atas dan bawah biasanya tepat satu sama lain saat kedua rahang dikatupkan. Oklusi tersebut memungkinkan hancurnya makanan di antaa kedua permukaan. Semua otot rahang bawah bekerja bersama-sama dalam mengatupkan gigi. Lidah berperan dalam mencampur makanan dengan saliva agar lebih lunak dan mudah dihancurkan oleh gigi.
Pada umumnya otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial ke V, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecapan batang otak akan menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu, seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Sebagian besar proses mengunyah terjadi karena refleks mengunyah. Adanya bolus makanan menimbulkan penghambatan otot untuk mengunyah ( menarik rahang ke bawah) . Akibat penurunan rahang ini timbul refleks regang pada otot rahang bawah  menimbulkan rebound mengangkat rahang bawah  mengatupkan gigi dan menekan bolus ke dinding mulut  menghambat otot rahang bawah  rebound, dan terjadi berulang-ulang.

Fungsi Saliva
 Melembutkan makanan
 Lubricate makanan dan mulut
 Dissolves makanan sehingga kita bisa merasakannya (taste it)
 Menjaga pH mulut
 Proteksi  lisozim sebagai antibakteri
 Mencuci mulut dan menjaga agar lidah bebas dari partikel makanan.

Karakteristik saliva:
Saliva disekresi +- 1500/hari. Komposisinya terdiri dari 99,5% air dan 0,5% elektrolit dan protein. Proteinnya terdiri dari enzim (lipase lingual dan ptyalin/amylase saliva), mucus (musin), dan lisozim. Bahan anorganiknya antara lain: ion Na, K, Cl, dan bikarbonat.

B. Esofagus
Struktur dan fungainya : Esofagus merupakan tabung berdinding tipis memanjang dari faring ke lambung, panjangnya sekitar 25 cm, dan berfungsi sebagai tempat jalannya makanan menuju ke lambung. Esofagus bagian 1/3 atas tersusun atas otot rangka, dan 2/3 bawah tersusun atas otot polos. Letak esofagus sebagian besar berada di daerah toraks, sebagian kecil menembus diafragma dan berbatasan dengan kardia lambung. Esofagus dibatasi oleh 2 otot sphingter (atas : faringoesofageal sphingter  yang akan berelaksasi pada saat menelan makanan, dan gastroesophageal sphingter  berelaksasi saat makanan akan masuk ke lambung). Gelombang kontraksinya dikontrol oleh Nervus cranialis ke V, VII, dan XII, dan nervus vagus.
Esofagus memiliki kelenjar yang terdapat pada sepanjang saluran pencernaan dan hanya menghasilkan mukus. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk makanan, mukus mencegah kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian tajam makanan. Mukus juga melindungii dinding esofagus dari asam dan enzim jika terjadi refluks lambung. Di dalam esofagus, makanan tidak mengalami pencernaan maupun penyerapan.
Proses Menelan Makanan (Deglutisi) (based on Guyton)
Tahap menelan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu tahap volunter, tahap faringeal, dan tahap esofageal.
a. tahap volunter
Saat bolus sudah siap ditelan, lidah akan terangkat dan menekan palatum untuk mendorong bolus kedalam faring, dan proses penelanan secara involunter dimulai.
b. tahap faringeal
Sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel reseptor menelan di sekeliling pintu faring (pada tiang tonsil), dan sinyal- sinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis sbb:
- palatum mole tertarik keatas untuk menutupi nares posterios  cegah refluks makanan ke hidung.
- Lipatan palatofaringela pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk saling mendekat sehingga membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh makanan yang masuk. Celah ini selektif, hanya makanan yang cukup dikunyah yang dapat masuk.
- Pita suara laring mendekat, dan laring tertarik ke atas dan anterior oleh otot-otot leher. Selain itu, ada ligamen yang mencegah pergerakan epiglotis ke atas dan menyebabkan epiglotis bergerak ke belakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bersama-sama mencegah masuknya makanan ke saluran pernapasan.
- Gerakan laring ke atas akan melebarkan pembukaan ke esofagus yang disertai relaksasinya sfingter faringoesofageal sehingga makanan dapat bergerak masuk ke esofagus. Di antara tahap penelanan, sfingter ini selalu berkontraksi untuk mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi.
- Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal relaksasi, seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior faring, lalu menyebar ke bawah melintasi daerah faring media dan inferior, yang mendoorng makanan ke dalam esofagus melalui gerakan peristaltik.
Seluruh proses tersebut terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik.
c. tahap esofageal
Ada 2 gerakan yang dilakukan oleh esofagus, yaitu gerakan peristaltik primer dan sekunder. Peristaltik primer merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang dimulai di faring dan menyebar ke esofagus selama tahap faringeal. Gelombang peristaltik di esofagus berjalan sekitar 8-10 detik
Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang terthan. Gelombang ini terus berlanjut sampai semua makanan masuk lambung. Gelombang peristaltik sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus dan sebagian oleh refleks-refleks yang dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas melalui serabut-serabut aferen vagus ke medula dan kembali ke esofagus melalui serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal dan vagus.

GASTER
Merupakan tempat penyimpanan makanan, yang secara anatomis terdiri dari 4 bagian, yaitu kardia, fundus, korpus, dan pilorus. Letaknya ada di rongga dada sebelah kiri.
Fungsi gaster:
- penyimpanan
- penguraian
- pencernaan (sebagian)
- tempat transit makanan sebelum ke usus halus
- mensekresikan  HCl (asam lambung), enzim, dan membentuk chymus.
- Proteksi : HCl memproteksi lambung dari bakteri
: ada struktur yang dapat memproteksi diri dari sekresinya yang bersifat merusak *.
*Seluruh permukaan mukosa lambung memiliki lapisan bersambungan yang terdiri dari sel mukus permukaan. Sel – sel ini menyekresikan mukus kental (MUKUS BIKARBONAT) yang melapisi mukosa lambung dengan gel mukus setebal +- 1 mm  menyediakan cangkang protektif bagi dinding mukosa lambung dari suasana asam + melumaskan transpor makanan. Selain itu, antar sel-sel permukaan mukosa juga terdapat hubungan tight junction asam tidak dapat berdifusi diantara sel-sel lumen ke bagian yang lebih bawah.  semuanya disebut gastric mucosal barrier/ sawar mukosa lambung.

Proses yang terjadi pada lambung antara lain:
1. Pergerakan atau motilitas
Terdiri dari :kontraktilitas perut kosong, pengisian lambung, aktivitas kontraktil, dan pengosongan lambung.
a. Kontraktilitas perut kosong
Diantara makan:
- a series of contraction begins in the stomach
- passes slowly to distal part of GIT
- membutuhkan waktu 90 menit untuk sampai ke usus halus
- dikenal sebagai “migrating motor complex”
- sebagai “housekeeping”, menyapu sisa makanan dan bakteri agar keluar dari GI tract atas menuju ke usus besar.
b. Pengisian lambung
Bagian fundus dan korpus merupakan bagian yang berdinding relative tipis dan menunjukkan sedikit aktifitas kontraktil, Bersifat distenible reservoir (menyediakan plastisitas), akan berelaksasi jika terjadi reflek menelan makanan (bersama dengan sfingter di kardiak), dan terjadi relaksasi reseptive pada saat ia terisi (dikontrol oleh saraf vagus).
Proses Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini akan menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan intralambung, tetapi hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos lambung dan relaksasi reseptif. Plastisitas adalah kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, dengan demikian pada saat serat-serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga mendekati potensial istirahat yang membuat potensial gelombang lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil.
Sifat dasar otot polos tersebut diperkuat oleh relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae, selama makan rugae mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas karena terisi. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif yang akan meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya mengalami sedikit peningkatan tekanan.
c. Aktivitas kontraktil
Ketika volume lambung +- 1 L, tekanan internalnya akan naik, kemudian terjadi aktivasi kontraksi tonik di bagian proksimal lambung. Ada regio ”pacemaker” di 1/3 tengah korpus yang menghasilkan gelombang-lambat yang bergerak di sepanjang lambung.. Gerakan peristaltik ini mendorong makanan turun ke bagian pylorus, dan mencampurnya dengan asam dan enzim pencernaan. Motilitas gaster pada saat ada makanan dikontrol oleh system saraf yang distimulasi oleh distensi lambung.
d. Pengosongan lambung
Di bagian antrum atau pylorus, kontraksinya sangat kuat, karena isi gaster menekan secara kuat ke pylorus. Makanan terseleksi yang telah tercampur dg gastric juice tercerna sebagian. Bagian yang padat dikurangi dan diubah menjadi campuran semicair yang disebut chyme. Sekitar +- 6 ml dari chyme akan dikosongkan dari lambung menuju ke usus halus. Semakin banyak jumlah makanan dan semakin cair makanan tersebut, akan semakin cepat proses pengosongan lambung ini. Makanan yang berlemak relatif lebih lambat.




Jenis makanan yang paling cepat dicerna adalah karbohidrat, butuh waktu hanya 3 jam. Yang paling lama adalah lemak. Makanya kalau makan KH saja, laparnya cepat.

SEKRESI

Lambung menghasilkan mukus yang menjaga dinding lambung supaya tidak teriritasi oleh asam yang juga dihasilkan lambung. pH pada lumen lambung 2, tapi pada dinding lambung 7.



INTESTINUM
Di usus halus, isi usus dicampur dengan sekresi sel-sel mukosa dan enzim pankreas serta empedu.

Motilitas Usus
Di usus halus, terdapat rata-rata 12 siklus BER (Basic Electrical Rhythm) tiap menit di jejunum proksimal, yang kemudian berkurang menjadi 8 per menit di ileum distal. Ada 3 jenis kontraksi otot polos, yaitu gelombang peristaltik (mendorong isi usus atau kimus ke arah usus besar), kontraksi segmentasi (kontraksi mirip cincin yang muncul dalam interval yang relatif teratur di sepanjang usus, lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-segmen di antara kontraksi sebelumnya; kontraksi ini mendorong kimus maju-mundur dan meningkatkan pemajanannya dengan permukaan mukosa), dan kontraksi tonik (kontraksi yang relatif lama, yang akan mengisolasi satu segmen usus dengan segmen lain). Kontraksi tonik dan kontraksi segmentasi memperlambat perjalanan di usus halus sehingga waktu transit makanan sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang daripada keadaan puasa. Hal ini memungkinkan kimus mengadakan kontak yang lebih lama dengan enterosit dan meningkatkan absorpsi.
Gelombang peristaltik yang sangat kuat (peristaltic rush) tidak terjadi pada orang normal, tapi dapat timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon kadang terjadi antiperistalsis lemah, tapi sebagian besar gelombang secara teratur bergerak dalam arah oral-kaudal.

Pengaturan Sekresi Usus
Sekresi Mukus oleh Kelenjar Brunner di Duodenum
Kelenjar Brunner di duodenum mensekresikan mukus alkalis kental yang mungkin membantu melindungi mukosa duodenum dari asam lambung dan sebagai respons terhadap (1) rangsang taktil atau iritatis dari mukosa duodenum, (2) rangsang vagus yang menyebabkan sekresi kelenjar Brunner meningkat bersamaan dengan peningkatan sekresi lambung, dan (3) hormon gastrointestinal, khususnya sekretin. Juga terdapat sekresi HCO3- dalam jumlah cukup banyak yang independen terhadap kelenjar Brunner.
Sekresi Getah Pencernaan Usus oleh Kripta Lieberkühn
Permukaan usus kripta vili ditutupi suatu epitel yang terdiri dari:
a. Sel goblet: menyekresi mukus untuk melumasi dan melindungi permukaan usus
b. Enterosit (di dalam kripta): menyekresi sejumlah besar air dan elektrolit dan mereabsorpsi air dan elektrolit bersama dengan produk akhir pencernaan.
Sekresi usus dibentuk oleh enterosit kripta pad kecepatan sekitar 1800 mL/hari. Sekresi ini hampir murni cairan ekstrasel dan memiliki pH sedikit alkalis (7,5-8). Sekresi tersebut dengan cepat direabsorpsi oleh vilus. Aliran cairan dari kripta ke dalam vili akan menyuplai suatu media yang encer untuk absorpsi zat-zat dari kimus sewaktu zat berkontak dengan vili.

Enzim-Enzim Pencernaan pada Sekresi Usus Halus
Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir tidak mengandung enzim. Enterosit mukosa, terutama yang menutupi vili, mengandung enzim pencernaan yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan diabsorpsi melalui epitel. Enzim-enzim itu adalah:
1. Peptidase: memecah peptida kecil menjadi asam amino
2. 4 enzim: sukrase, maltase, isomaltase, dan laktase: memecah disakarida  monosakarida
3. Lipase intestinum: memecah lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak.
Selain enzim yang berasal dari usus halus, terdapat pula enzim yang dihasilkan oleh pankreas juga garam empedu yang dihasilkan oleh hati. Akan dibahas lebih lengkap lagi setelah ini.
Fungsi Katup Ileosekal
Fungsi utama katup ileosekal adalah untuk mencegah aliran balik isi fekal dari kolon ke dalam usus halus. Karena bentuknya yang menonjol ke lumen sekum sehingga akan tertutup erat bila ada tekanan di sekum. Dinding ileum beberapa sentimeter di atas katup ileosekal juga mengalami penebalan otot sirkular yang disebut sfingter ileosekal. Dalam keadaan normal, sfingter ini berkontraksi mengosongkan isi ileum ke sekum. Namun, segera setelah makan, refleks gastroileal meningkatkan peristaltik ke dalam ileum, dan pengosongan isi ileum ke sekum berlanjut.
Derajat kontraksi sfingter ileosekal dan intensitas peristaltik di ileum terminal diatur secara kuat oleh refleks-refleks dari sekum. Bila sekum diregangkan, kontraksi sfingter ileosekal menjadi meningkat dan peristaltik ileum menjadi terhambat.

Absorpsi
Jumlah cairan total yang harus diabsorpsi oleh usus tiap hari sebanding dengan cairan yang dicerna (1,5 L) ditambah cairan yang disekresikan oleh bermacam-macam sekresi gastrointestinal (7L). Semua kecuali kira-kira 1,5 L dari cairan ini diabsorpsi di usus halus, dan menyisakan hanya 1,5 L untuk melalui katup ileosekal ke dalam kolon setiap harinya.
Pada permukaan absorpsi mukosa usus halus, tampak banyak lipatan yang disebut valvula koniventes (lipatan Kerckring), yang meningkatkan daerah permukaan absorpsi mukosa menjadi 3x lipat. Lipatan-lipatan ini sebagian besar meluas secara sirkular di sekitar usus dan terutama sangat berkembang dalam duodenum dan yeyunum.
Terdapat berjuta-juta vili kecil yang terletak di seluruh permukaan epitel usus halus sampai dengan katup ileosekal. Vili-vili ini terletak sangat dekat satu sama lain pada usus halus bagian atas sehingga saling bersentuhan pada sebagian besar daerahnya, tetapi distribusi kurang merata pada usus halus distal. Susunan ini menekankan pada keuntungan pengaturan sistem vaskular untuk absorpsi cairan dan bahan-bahan terlarut ke dalam daerah portal dan adanya susunan pembuluh limfe “lakteal sentral” untuk absorpsi ke dalam limfe.
Absorpsi usus halus setiap hari terdiri atas beberapa ratus gram karbohidrat, 100 gram atau lebih lemak, 50-100 gram asam amino, 50-100 gram ion, dan 7-8 liter air.
Karbohidrat (glukosa dan galaktosa) di absorpsi secara transpor aktif sekunder (masuk bersama Na+). Absorpsi lemak dengan cara: lemak yang telah terurai jadi free fatty acid dan gliserol akan dibungkus dan diantar ke dalam sel lewat bentuk micel. Lalu dalam sel akan bersatu dengan protein jadi kilomikron, dan masuk ke lacteal bukan kapiler. Hal ini diakrenakan pori-pori lacteal lebih besar. Sedangkan untuk gliserol bisa langsung masuk ke kapiler.

KOLON
Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat (terutama setengah proksimal kolon) dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan (terutama setengah distal kolon). Meskipun pergerakan kolon secara normal sangat lambat, pergerakannya berkarakteristik serupa usus halus dan dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.

Gerakan Mencampur – “Haustrasi”
Melalui cara yang sama dengan segmentasi di intestinum, kontriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap konstriksi ini, sekitar 2,5 cm otot sirkular berkontraksi menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Sedangkan otot longitudinal kolon (tiga pita longitudinal/ taenia coli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan ini menyebabkan bagian kolon yang tak terangsang menonjol ke luar (haustrasi). Bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar dengan cara seperti orang menyekop tanah sehingga semua bahan feses (secara bertahap) bersentuhan dengan permukaan mukosa kolon, dan cairan serta zat-zat terlarut diabsorpsi hingga hanya 80-200 mL feses yang dikeluarkan tiap hari.

Gerakan Mendorong – “Pergerakan Massa”
Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai dengan:
1. Timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respons dari tempat yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum.
2. Kolon, pada bagian distal cincin konstriksi, akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai 1 unit, mendorong maju feses pada segmen ini, sekaligus lebih menuruni kolon.
3. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar kira-kira 30 detik dan terjadi relaksasi selama 2-3 menit berikutnya.

Pencetusan Pergerakan Massa oleh Refleks Gastrokolik dan Refleks Duodenokolik
Timbulnya pergerakan massa sesudah makan dipermudah refleks gastrokolik dan duodenokolik. Refleks ini disebabkan oleh distensi lambung dan duodenum. Refleks ini dijalarkan melalui jalur sistem saraf otonom. Iritasi dalam kolon dapat juga menimbulkan pergerakan massa yang kuat.

Defekasi
Bila pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum, segera timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus (penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa cm yang terletak tepat di sebelah dalam anus) dan (2) sfingter ani eksternus (terdiri dari otot lurik yang mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah distal). Sfingter eksternus diatur oleh serabut saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis dan bekerja secara sadar.

Refleks Defekasi
Biasanya defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Salah satu refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam dinding rektum. Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desendens, sigmoid, dan rektum, dan mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsik bersifat relatif lemah dan dapat lebih diperkuat dengan refleks defekasi jenis lain, yaitu suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medula spinalis.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan dengan mengambil napas dalam untuk menggerakan diafragma turun ke bawah dan kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan abdomen, mendorong feses ke dalam rektum untuk menimbulkan refleks baru. Refleks ini tidak seefektif refleks alamiah, karena alasan inilah orang yang terlalu sering menghambat refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi berat.

Sekresi Usus Besar
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta Lieberkühn, tetapi usus besar tak mempunyai vili. Sel-sel epitelnya hampir tak mengandung enzim. Sebaliknya, sel ini terutama mengandung sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus. Sekresi dominan pada usus besar adalah mukus yang mengandung ion bikarbonat (disekresi beberapa sel epitel yang tidak menyekresi mukus) dalam jumlah sedang. Kecepatan sekresi mukus diatur oleh rangsangan taktil, langsung dari sel-sel epitel yang melapisi usus besar dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel-sel mukus pada kripta Lieberkühn.
Rangsangan nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai 2/3 bagian distal usus besar, juga dapat mengakibatkan kenaikan jumlah sekresi mukus yang nyata. Selama perangsangan parasimpatis ekstrem (misalnya oleh gangguan emosional), kadang banyak sekali mukus disekresikan ke dalam usus besar sehingga orang tersebut sering mengalami pergerakan mukus kental dalam usus tiap 30 menit sekali.
Mukus dalam kolon melindungi dinding usus terhadap ekskoriasi dan menyediakan media yang lengket untuk melekatkan bahan feses bersama-sama. Lebih lanjut, mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktivitas bakteri yang berlangsung di feses dan sifat basa menyediakan sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk dalam tinja tidak menyerang dinding usus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar