Selasa, 28 Februari 2017

Event "MAKANMAYIT. Seni kah?

Pembicaraan kedai kopi hari ini sedang diramaikan dengan aksi ibu2 di Instagram yang memprotes sebuah akun dengan hastag #makanmayit. ups? apa itu?.
saya langsung membuka Instagram yang hampir berdebu dan mengetikkan hastag #makanmayit yang lagi ramai bak pasar malam, dan apa yang saya temukan sungguh sangat diluar logika.

Puding "fetus" Bayi


Potongan Boneka bayi yang didalamnya berisi makanan vegetarian


Para Konsumen dari acara Makan mayit
Gimana???
Masih selera makan kah anda??( kalau saya jelas2 tidak) , tapi siapa pelopor dibalik acara #makanmayit ini? dan apa tujuannya?
Namanya Natasha Gabriella Tontey cewek kelahiran Jakarta 1989 dan seorang  lulusan design Komunikasi Visual di Pelita Harapan ( maafkan kalau salah). si mbak Natasha ini emang udah malang melintang di dunia seni. Pada 2015 dia pernah mendapat kesempatan pada Kagendo Bazar di Jepang dengan Tema " Art Together with The Town". Disana karyanya terinspirasi dengan beberapa cerita horor. salah satunya kisah tentang Bakenko Yujo . dia berimajinasi tentang alat yang dapat mendeteksi apakah Yujo (PSK) yang ada di Kaganecho adalah siluman kucing. selain itu pada acara bazar tersebut dia juga berkolaborasi dengan beberapa seniman jepang dan membuat pertunjukkan horor.
Lantas apa hubungannya dengan acara #makanmayit yang di gelar di Kemang baru baru ini??. Sebenarnya acara ini sudah beberapa kali diadakan, lantas kenapa baru menjadi "heboh" akhir akhir ini?? hal ini dikarenakan postingan dari mantanya mbak Raissa yaitu babang Kenan Pearce. nah doi sama pacar barunya ikut menghadiri event ini dan di abadikan di instagram stories nya so, wajarlah ya mereka yang punya pengikut di IG ribuan follower dan akhirnya ini menjadi viral, selain itu masalah ini juga di posting oleh akun gosip yang lagi naik daun "Lambe Turah".

Nah menurut si pembuat acara mbak Natasha Gabriella Tontey acara ini sendiri ditujukan untuk para Vegetarian dan ada makna sendiri dalam acara tersebut. Menurut si mbaknya acara ini bertujuan untuk Eksperimen Sosial ( saya makin nggak ngerti) dan bentuk protes dari kasus Sumanto ( nah loh, makin nggak nyambung nggak sih).  karna acarana ini bertema seperti "canibalism" .
yang membuat heboh lagi si mbaknya bilang kalau si "puding fetus bayi" dibuat dari ASI dan ekstrak keringat bayi dan sempat menyatakan bekerja sama dengan (AIMI cab Yogya = Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) walaupun akhirnya si mbak natsha meminta maaf karna itu tak benar adanya.

Natasha Gabriella Totey

Terlepas dari benar atau tidaknya emang si puding " fetus bayi" dibuat dari ASI dan ekstrak keringat bayi , menurut saya tindakan si mbaknya sangat sangat kebablasan .Saya sih memang tak begitu mengerti Seni ataupun Filsafat ( mata kuliah filsafat aja saya bobok cantik), tapi saya masih punya perasaan dan menjadikan bayi sebaggai objek tema "canibalism" saya rasa sudah diluar akal dan fikiran. Di negara tercinta ini masih banyak pasangan yang masih berjuang untuk mempunyai seorang bayi ataupun ibu - ibu yang tak bisa menyusui anaknya dengan ASI Eksklusif karna keterbatsan ( eh simbaknya dibuang buang untuk puding). Benar nggak??.

Saya juga ngstalking IG si mbaknya dan postingannya memang anti mainstream,  mungkin itulah seni baginya . Menjadikan boneka bayi sebagai wadah piring, puding berbentuk bayi, dan bahan makanan yang di katakan dari ASI, dimana akal sehatmu mbak? apakah menggambarkan Canibalism harus dengan objek Bayi?? saya rasa tidak. Sampai kehebohan ini terjadi si pemilik acara belum mengeluarkan steatment apapum. mbaknya hanya meminta maaf kepada AIMI karna mencatut nama mereka tapi ttidak untuk event yang dia adakan.

Entah apa yang iya pelajari di negara Sakura, sampai menjadikan sebuah potongan bayi menjadi karya seni.  kalau bagi mereka Seni itu adalah bentuk eksperimental untuk sebuah ekspresi sehingga beraneka rupa dan terkadang diluar harafiah mungkin saya masih harus banyak belajar tentang apa itu seni. banyak yang megaku "seni " menganggap kemarahan publik dengan karya mbak Natasha ini adalah keterbasan bereksperimen bagi seniman. tapi bagi saya semua itu tergantung darimana anda para pengaku "seniman" berasal. kalau anda dari Indonesia pasti " seni " ada batasnya. setidaknya harus sesuai dengan budaya yang berlaku di Indonesia.
mungkin kalau event mbak natsha diadakan di negara Jepang tak ada masalah, tak ada yang protes karna ya itu tadi budaya masing masing negara berbeda
.
NAtasha dan Piring kesayangannya

Canibalism???
Sejauh postingan ini menjadi Viral akhirmya Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ibu Yohana Yambise akhirnya angkat bicara tentang karya seni ini. dalam kutipan sebuah headline news beliau mengatakan karya seni ini melanggar norma kesusilaan, kepnutan,agama, dan bila terbukti melanggar UU akan dikeankan Pasal 27 ayat ! Undang Undang ITE dan Pasal 282 ayat 3 KUHP tentang kesusilaan. Hal ni juga disayangkan oleh ibu Yohana beliau mengatakan bahwa karya seni anak bangsa seharusnya merupakan ekspresi kreativitas yang diciptkan dan mengandung unsur keindahan bukan yang justru melanggar norma kesusilaan , kepanutan dan agama.( http://www.mediaindonesia.com/news/read/94302/menteri-yohana-perkarakan-karya-makan-mayit/2017-02-28#sthash.xZZV5F5U.dpuf )

Buat kalian yang memang bergelut di dunia seni atau sejenisnya cobalah berfikir lebih bijak. jangan terlalu liberal. Karna selama kalian masih memegan  KTP Indonesia berarti kalian harus mengikuti aturan yang berlaku baik itu tertulis ataupun tidak. Dan jangan pernah berfikir tentang "keterbatasan Seni"
saya berharap mbak Natasha Gabriella Totey segera meminta maaf sekalipun dia menganngp karyanya biasa saja dan hanya eksperimen sosial :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar