Mata tersaji dengan dua pilihan saat aku membukanya. Menikmati keindahanmu atau melukai hati jika kalau-kalau kamu bersama dia lagi. Di ruangan tak berpintu ini, aku tak ingin terluka lagi. Jika ingin melukaiku dengan hal-hal yang bersebrangan dengan maunya hati, tolong sediakan pintu lain agar aku bisa keluar untuk menyembuhkan luka. Kalau begini aku entah harus bagaimana. Percik-percik luka mulai menyetrumku dengan luar biasa. Melepasmu adalah hal tersulit, tapi dibiarkan diam di sangkar angan tanpa mendapatkan kepastian juga tak kalah sulit.
Tolong. Tolong beri aku pintu keluar. Meski tak bisa aku menculik hatimu pergi, tolong ijinkan aku menyembuhkan hati sembari menemukan rela.