Minggu, 21 Desember 2014

LAPKAS TETANUS


2.1. Tetanus
2.1.1. Definisi
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890, ditemukan toksin seperti strychnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum). (1)

2.1.2. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif yaitu Clostridium tetani. Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia danjuga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum. (4)


2.1.3. Patogenesis
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada beberapa level dari susunan saraf pusat, dengan cara :
a.       Toksin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan acetyl-choline dari terminal nerve di otot.
b.      Karakteristik spasme dari tetanus ( seperti strychnine ) terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks sinaptik di spinal cord.
c.       Kejang pada tetanus disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral ganglioside.
d.      Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System (ANS ) dengan gejala: berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisitas, takikardi, aritmia jantung, peninggian catecholamine dalam urine.
Kerja dari tetanospamin analog dengan strychnine, dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan menginhibisi terhadap batang otak. Kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas. (3)
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
1.      Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik melalui sumbu silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat
2.      Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan saraf pusat.



2.1.4. Patologi
Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard mencapai sistem saraf pusat. Teori terbaru berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan jaringan/sistem limfatik. (3)

2.1.5. Gejala Klinis
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama, beberapa minggu). Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni:
1.      Localized tetanus ( Tetanus Lokal )
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator). Hal inilah merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan biasanya menghilang secara bertahap. Localized tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis antitoksin.
2.      Cephalic tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi berkisar 1–2 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India ), luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.
3.      Generalized tetanus (Tetanus umum)
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai ( 50 %), yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (kekakuan otot punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianosis, asfiksia. Bisa terjadi disuria dan retensi urine,kompressi fraktur dan pendarahan didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun bisa mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takikardi, penderita biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.
4.      Neonatal tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal tetanus. (9)
Karakteristik dari tetanus :
1.      Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya.Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
2.      Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dari leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena spasme otot masetter.
3.       Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity )
4.      Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
5.      Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak ). (7)

2.1.6. Diagnosis
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa:
1. Gejala klinik : kejang tetanic, trismus, disfagia, risus sardonicus.
2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Laboratorium : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria. (10)
2.1.7. Diagnosis Banding
Untuk membedakan diagnosis banding dari tetanus tidak sulit dari pemeriksaan fisik, laboratorium test (dimana cairan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan SGOT, CPK dan serum aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat imunisasi, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardonicus dan kesadaran yang tetap normal. (18)
Penyakit yang menyerupai gejala tetanus:
1. Meningitis bakterialis
2. Rabies
3. Poliomyelitis
4. Epilepsi
5. Ensefalitis
6. Keracunan strychnine
7. Efek samping fenotiazin
8. Abses peritonsiler(9)


2.1.8. Komplikasi
Komplikasi pada tetanus yang sering dijumpai: laringospasme, kekakuan otot-otot pemapasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan atelektasis serta kompresi fraktur vertebra dan laserasi lidah akibat kejang. Selain itu bisa terjadi rhabdomyolisis dan renal failure. (6)
2.1.9. Penatalaksanaan
A. Umum       
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemapasan sampai pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1.      Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka, irigasi luka,
debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H2O2, dalam hal ini penata laksanaan terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
2.      Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral.
3.      Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita
4.      Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
5.      Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. (10)






B. Obat- obatan
          1. Antibiotik
Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan. (16)
2.      Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi alergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada sebelah luar.
3.      Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. (15)




Tabel 2.1. Petunjuk pencegahan tetanus pada keadaan luka
Riwayat imunisasi (dosis)
Luka bersih, kecil
Luka lainnya
Tetanus toksoid (TT)
Antitoksin
Tetanus toksoid (TT)
Antitoksin
Tidak diketahui
Ya
Tidak
Ya
Ya
0-1
Ya
Tidak
Ya
Ya
2
Ya
Tidak
Ya
Tidak *
3 atau lebih
Tidak **
Tidak
Tidak **
Tidak

*: kecuali luka > 24 jam
**: kecuali bila imunisasi terakhir > 5tahun


4.      Antikonvulsan
Tabel 2.2. Jenis antikonvulsan
Jenis obat
Dosis
Efek samping
Diazepam
0,5-1,0 mg/kg
Berat badan/ 4 jam (IM)
Stupor, koma
Meprobamat
300-400 mg/ 4 jam (IM)
Tidak ada
Klorpromasin
25-75 mg/ 4 jam (IM)
Hipotensi
Fenobarbital
50-100 mg/ 4 jam (IM)
Depresi pernapasan


2.1.10. Pencegahan
Seorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan ulangan artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus bila terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ianya sembuh dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh tidak sanggup untuk merangsang pembentukkan antitoksin ( kaena tetanospamin sangat poten dan toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal, yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang pembentukan kekebalan). (11)


Ada beberapa kejadian dimana dijumpai natural imunitas. Hal ini diketahui sejak C. tetani dapat diisolasi dari tinja manusia. Mungkin organisme yang berada didalam lumen usus melepaskan imunogenic quantity dari toksin. Ini diketahui dari toksin dijumpai anti toksin pada serum seseorang dalam riwayatnya belum pernah di imunisasi, dan dijumpai/adanya peninggian titer antibodi dalam serum yang karakteristik merupakan reaksi secondary imune response pada beberapa orang yang diberikan imunisasi dengan tetanus toksoid untuk pertama kali.
Dengan dijumpai natural imunitas ini, hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa insiden tetanus tidak tinggi, seperti yang semestinya terjadi pada beberapa negara dimana pemberian imunisasi tidak lengkap/ tidak terlaksana dengan baik.
Sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan
satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan dengan pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan cara pemberian imunisasi aktif (DPT atau DT). (4)

2.1.11. Prognosis
Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih pendek atau pun lebih panjang.
Berat ringannya penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memperburuk:
-          Masa inkubasi kurang dari 7hari
-          Usia lebih muda dan usia lanjut
-          Frekuensi kejang yang lebih tinggi
-          Suhu tubuh yang tinggi
-          Pengobatan yang terlambat
-          Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan
-          Period of onset yang pendek
-          Spasme otot pernapasan dan obstruksi saluran pernapasan(8)



BAB 3
CATATAN MEDIK PASIEN
                                                                                     
Tanggal Masuk :
7 Januari 2014
Co-ass I : Rizka
Co-ass II : Anita
Co – ass III: yoga
Co – ass IV  : debora
Dokter Ruangan :
Dr. citra

Dokter COW :


Dokter Kepala Ruangan :

Jam :
22.00 WIB
No. RM :
00.68.38.94

ANAMNESE PRIBADI
Nama                           : Amriah
Umur                           : 57 tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Status Perkahwinan    : Menikah
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Suku                            : Jawa
Agama                         : Islam
Alamat                                    : Jalan Bunga
ANAMNESE PENYAKIT
Keluhan Utama           :  Kejang
Telaah                           : Hal ini dialami OS ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit, kejang bersifat hilang timbul. Frewenksi kejang ± 8 kali sehari. Kejang dipicu oleh cahaya dan suara. Os mengalami kaku kuduk (+)  sejak ± 5 hari ini juga dan trismus (+) bisa membuka mulut ±3cm. Os tidak bias makan dan minum. Riwayat luka pada telapak kaki kanan (+), dialami os ± 1 bulan ini, dengan os mengetahui awal luka pada telapak kakinya tertusuk bamboo. Os tidak berobat untuk luka kakinya karena os sudah pernah ditusuk bambo juga beberapa tahun yang lalu. Os tidak mengalami demam.Riwayat demam (+). Demam bersifat naik turun dan demam turun dengan pemberian obat penurun panas. Mual muntah tidak dijumpai. Os mengalami batuk (+) pada saat ini. Sesak nafas tidak dijumpai. BAK (+) BAB (+) Normal. Sebelum os dirawat di RSUPHAM, os dirawat di rumah
RPT     :                      Tidak jelas
RPO    :           Tidak Jelas

ANAMNESE ORGAN
Jantung                        Sesak nafas                 : (-)               Edema                   : (-)             
                                    Angina Pektoris          : (-)               Palpilasi                  : (-)
                                                                                             lain-lain                  : (-)

Saluran Pernafasan      Batuk-batuk                : (+)             Asma, bronkitis       : (-)
                                    Dahak                          : (-)              Lain-lain                  : (-)

Saluran Pencernaan     Nafsu makan               : (N)             Penurunan Berat badan  : (-)
                                    Keluhan menelan        : (-)              Keluhan Defekasi           : (-)
                                    Keluhan perut             : (-)              Lain-lain                          : (-)

Saluran Urogenital      Sakit BAK                  : (-)             BAK tersendat          : (-)
                                    Mengandung batu       : (-)             Keadaan Urin            : cukup
                                    Haid                            : (-)             Lain-lain                    : (-)

Sendi dan Tulang        Sakit Pinggang            : (-)            Keterbasan gerak      : (+)
                                    Kel. Persendian           : (-)             Lain-lain                    : (-)

Endokrin
Haus/polidipsi             : (-)
Poliuri                          : (-)
Polifagi                        : (-)
Gugup                                   : (-)
Perubahan suara        : (-)
Lain-lain                    : (-)

Syaraf Pusat
Sakit kepala                 : (+)
Hoyong                     : (-)
Lain-lain                    : (-)

Darah dan P. darah
Pucat                           : (+)
Petechie                       : (-)
Perdarahan                : (-)
Purpura                      : (-)
Lain-lain                    : (-)

Sirkulasi
Claudicatio intermitten : (-)
Lain-lain                    : (-)

ANAMNESE  FAMILI        :           Tidak dijumpai

PEMERIKSAAN  FISIK  DIAGNOSTIK
STATUS PRESENS :
Keadaan Umum
Keadaan Penyakit
Sensorium         : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi                  : 84 x/i reg  t/v : cukup
Pernafasan         : 22 x/i
Temperatur        : 36.7oC

Pancaran Wajah          : biasa
Sikap paksa                 : -
Refleks fisiologis        : +
Refleks patologis        : -
Keadaan Gizi :


=


Anemia (-). Ikterus( -). Dispnoe (-). Sianosis (-). Udem (-). Purpura (-). Turgor kulit : baik

TB : 151 cm
BB :  66 Kg
BMI :

KEPALA                  
Mata : konjunktiva palpebra pucat (-), ikterus (-/-), pupil : isokor, ukuran Ø 3mm.
            Refleks cahaya direk (+/+) / indirek (+/+), kesan : normal
            Lain-lain : -
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut  : Lidah                         : tidak ada kelainan
              Gigi/geligi                 : tidak ada kelainan
              Tonsil/faring              : tidak ada kelainan

LEHER
Struma : tidak membesar, tingkat : (-)
Pembesaran  kelenjar limfe :  (-)
Posisi trakea : medial. TVJ : R-2cmH2O
Kaku kuduk (-), lain-lain :  trismus (+) 3cm


TORAKS DEPAN

Inspeksi
Bentuk                                                            : simetris fusiformis
Pergerakan                                          : simetris                       kesan: normal
Palpasi
Nyeri tekan                                         : (-)
Fremitus suara                                     : SF  kiri = kanan kesan : sonor pada kedua lapangan  paru  
Iktus                                                    : (-)

Perkusi
Paru
            Batas Paru – Hati R/A            :           : ICR V/VI  linea midklavikularis dekstra
            Peranjakan                               : 1 cm
Jantung
            Batas atas jantung                   :  ICR III sinistra
            Batas kiri jantung                    :  ICR IV – V 1cm Linea Mid Clavicularis Sinistra
            Batas kanan jantung                :  Linea sternal dextra

Auskultasi
Paru
            Suara pernafasan                     : vesikuler
Suara tambahan                       :
Jantung
            M1 > M2, P2 >P1, A2 > A1, desah sistolik (-), tingkat : -    
desah diastolik (-), lain-lain : -
            HR : 120 x/i, reguler, intensitas : cukup.

TORAKS  BELAKANG
Inspeksi                       : simetris fusiformis
Palpasi                         : Stem Fremitus kanan <  kiri, kesan : mengeras pada lapangan tengah dan bawah
Auskultasi                   : SP = vesikuler
                                      ST = (-)
                                                                                                                                 
                                               
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk                                                : simetris
Gerakan lambung/usus            : peristaltic (+) normal                   
Vena kolateral                         : (-)
Caput medusae                       :
Palpasi
Dinding abdomen                    : soepel
Hati           
            Pembesaran                 : -
            Permukaan                  :
            Pinggir                         :
            Nyeri tekan                 : (-)
Limpa
            Pembesaran                 : (-), Schuffner (-) , Haecket ( - )
Ginjal
            Ballotement                 : (-)      Lain-lain : (-)
Uterus / Ovarium                    : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tumor                                      : Tidak dilakukan pemeriksaan

Perkusi
Pekak Hati                              : (+) timpani
Pekak beralih                           : (-)

Auskultasi
Peristaltik usus                        : peristaltik (+), kesan : normal
Lain-lain                                  : (-)

Pinggang
Nyeri ketok sudut kostovertebra  : (-)

INGUINAL                                 :     tidak dilakukan pemeriksaan
GENITALIA  LUAR                 :     tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN  COLOK  DUBUR  (RT)  :  tidak dilakukan pemeriksaan


ANGGOTA GERAK ATAS
ANGGOTA GERAK BAWAH

Deformitas sendi         : -
Lokasi                         : -
Jari tabuh                     : -
Tremor ujung jari         : -
Telapak tangan sembab : -
Sianosis                       : -
Eritema palmaris         : -
Lain-lain                      : luka pada   
                                      kaki kanan

Udem
A. femoralis
A. tibialis posterior
A. dorsalis pedis
Refleks APR
Refleks KPR
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Lain-lain : gangren
Kiri
tdp
 +
+
+
+
+
+
tdp
tdp
Kanan
tdp
+
+
+
+
+
+
tdp
tdp


PEMERIKSAAN  LABORATORIUM  RUTIN
Darah
Kemih
Tinja
Hb       : 13,60 g% (N : 11-15,5)
Lekosit : 13,20 x 103/mm3 ((N : 4,5-11)
LED    : tidak diperiksa
Eritrosit : 4,43 x 106/mm3 ((N : 4,20-4,57)
Ht        : 39.50 %
Hitung Jenis :
  Neutrofil 76,90 % (37-80)
  Limfosit 17,80 % (20-40)
  Monosit 5,00%  (2-8)
  Eosinofil 0,10 % (1-6)
  Basofil 0,200 % (0-1)

Warna    :  kuning jernih
Reduksi  : -
Protein   : -
Bilirubin : -
Urobilinogen : +

Sedimen
Eritrosit :0-2 /lpb
Lekosit  :>30  /lpb
Silinder : -
Epitel    : -  /lpb
Warna     : tdp
Konsistensi : tdp
Eritrosit   : tdp
Lekosit    : tdp
Amuba/kista : tdp

Telur cacing   : tdp
Askaris           : tdp
Ankilostoma : tdp
Trichuris        : tdp
Kremi             : tdp


Diagnosa Banding

1.      Tetanus

2.      Meningitis

3.      Enchepalitis

Diagnosa Sementara
Tetanus
Penatalaksanaan
Aktivitas: tirah baring
Diet: Diet sonde via ngt 1800 kalori
Tindakan suportif:
IVFD dextrose 0.5% + 5ampul diazepam 20 gtt/l
Medikamentosa:
·         Inj Diazepam1 ampul extra jika kejang
·         ATS inj terapeutik 10 000 unit
·         Metrnidazole drips 500mg/6 jam
·         GV luka –konsul bedah


Hasil Laboratorium Tanggal 31-12-2013
Darah lengkap :
Hb                   : 13,60 g% (N : 11-15,5)
Eritrosit           : 4,43 x 106/mm3 ((N : 4,20-4,57)
Leukosit          : 13,20 x 103/mm3 ((N : 4,5-11)
Trombosit        : 205 x 103/mm3 ((N : 150-450)
MCV               : 89,20 fL (85-95)
MCH               : 30,50 pg (28-32)
MCHC                        : 34,20 g%  (33-35)
RDW               : 14,30 % (11,6-14,8)
Hitung jenis :
Neutrofil         : 76,90 % (37-80)
Limfosit          : 17,80 % (20-40)
Monosit           : 5,00%  (2-8)
Eosinofil          : 0,10 % (1-6)
Basofil             : 0,200 % (0-1)

  Neutrofil Absolut        : 10,22 10 6 μL /   (2,7-6.5)
  Limfosit Absolut         : 2,36  10 6 μL (1,5-3,5)
  Monosit Absolut         : 0,67 10 6 μL (0,2-0,5)
  Eosinofil Absolut        : 0,01. 10 6 μL (0-0.16)
  Basofil        Absolut   : 0,03 10 6 μL  (0-1
  Ginjal
  Ureum                         : 69.70 mg/dl (<50)
  Kreatinin                     : 1.37 mg/dl (0.7–1.20)
  Elektrolit
  Natrium   :143 mEq/L (135-155)
  Kalium    : 4.0 mEq/L (3.6-5.5)
  Klorida    :116 mEq/L (96-106)