Rabu, 07 Mei 2014

Pintu keluar

Sebelum melepasmu aku melampirkan secarik rela. Menutup mata, menutup hati dan bersiap terjun tanpa kamu lagi. Tapi tangan transparan itu membawa lari relaku pergi. Jauh entah ke dunia rahasia mana. Aku berusaha mengejarnya dari selatan sampai utara. Aku tidak bisa menempuhnya. Di sela-sela ketidaktenanganku, kamu justru hadir dan mengepungku dengan siasat baru untuk membiarkanku tetap disitu. Disinilah aku, diruangan tak berpintu.
Mata tersaji dengan dua pilihan saat aku membukanya. Menikmati keindahanmu atau melukai hati jika kalau-kalau kamu bersama dia lagi. Di ruangan tak berpintu ini, aku tak ingin terluka lagi. Jika ingin melukaiku dengan hal-hal yang bersebrangan dengan maunya hati, tolong sediakan pintu lain agar aku bisa keluar untuk menyembuhkan luka. Kalau begini aku entah harus bagaimana. Percik-percik luka mulai menyetrumku dengan luar biasa. Melepasmu adalah hal tersulit, tapi dibiarkan diam di sangkar angan tanpa mendapatkan kepastian juga tak kalah sulit.
Tolong. Tolong beri aku pintu keluar. Meski tak bisa aku menculik hatimu pergi, tolong ijinkan aku menyembuhkan hati sembari menemukan rela.