Sabtu, 30 November 2013

Bersiaplah untuk ini

Tentang hal-hal sulit yang telah kamu lalui, mereka bicara banyak tentang pelajaran. Mendewasa adalah pilihan, mau diproses atau tidak. Mungkin sakit, mungkin ini jauh dari ekspektasi dan mungkin rasanya sudah ingin menyerah lebih awal. Tapi percayalah bahwa ini hanya sementara dan suatu hari kamu akan tersenyum karena berhasil melaluinya dengan baik.

Tentang orang-orang yang biasa kamu andalkan, mungkin pada masa-masa terberat, mereka akan meninggalkan. Tenang dan tetaplah kuat. Ini adalah pelajaran bahwa manusia selalu mengecewakan, maka andalkanlah Tuhan. Jika mereka melangkahkan kaki dari arena tempurmu, hadapilah sendiri. Mungkin itu cara Tuhan menyeleksi, nanti juga kau akan dapatkan pengganti.

Tentang peristiwa-peristiwa yang susah kau mengerti. Lakukanlah bagianmu sesuai porsi, biar nanti bagian Tuhan yang akan melengkapi. Ingatlah, kacamatamu berbeda dengan kacamata Tuhan. Apa yang tidak kelihatan, belum tentu tidak ada kan? Tetaplah kuat, selagi menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan.

Mungkin, menerima keadaan adalah hal yang sulit. Bahkan merelakan bagian-bagian yang hilang, mengikhlaskan kepergian, pun juga mengobati luka hati juga tak kalah sulitnya. Tapi jangan perlama penyembuhanmu. Cepatlah bangun dan bertindaklah, jangan sampai kamu dililit oleh keadaan sulit.

Jika kini diijinkan mengalami, mungkin karena kita juga dimampukan untuk melalui. Jika kini diijinkan mengalami, mungkin supaya kita bisa mencegah orang lain agar tak berada di posisi ini.Jika kini diijinkan mengalami, mungkin agar tak jatuh dua kali.Jika kini diijinkan mengalami, mungkin agar lebih dulu miliki ‘obat’ untuk esok hari. Kehilangan adalah jembatan untuk menemukan sesuatu yang lebih baik. Bersiaplah.

Rabu, 20 November 2013

Menunggu persetujuan langit

Ada bekas bibir di tubir cangkir
yang setengah isi setengah kosong.
Aku menatapmu, kamu menatap cangkir itu.

Tidak ada yang menawar sunyi dengan harga tinggi. 
Ia melekatkan diri di tengah-tengah ruangan ini. 
Seharusnya secangkir kopi kita sesap berdua hingga hitamnya lenyap tak tersisa.

Namun gengsi, ia tak juga pergi. 
Di antara degup dan ingin seperti dedaun beda ranting. 
Aku menunggu, kau masih meragu.

Lorong pikirmu mungkin terlalu sibuk. Waktu seolah
bisu, tak sanggup memberhentikan lamunanmu. 
Di depanmu, aku seolah sosok asing. 
Meski sebenarnya, aku jugalah yang disakiti paling sering.

Persimpangan telah kita lalui, meriap dari bawah akar
menyembul lantas mengulur. 
Aku limbung, padahal hampir sepuluhan kata telah aku coba susun. 
Aku hendak mengatakan dengan mulutku, di mulutmu.

Persimpangan memang membingungkan. Tapi ketika kau tahu aku menunggu
di salah satu ujungnya, mengapa harus mempertanyakan arah?
Aku tak ingin kakimu berhenti pada tempat yang tak ingin dipijaki.

Atau kekasih, kita mulai dari awal. Seperti awal mula dunia, ketika Adam
menyunting Hawa. Salah ialah pelajaran yang baru saja aku petik, dari hatimu.

Bisakah kita menyalakan lampu hijau pada lembar-lembar kebahagiaan?
Lalu mencabuti ego pada kepala kita masing-masing. 
Apakah ini terlalu rumit untuk disetuji olehmu?
Kamu, aku, menyatu. Bukan satu satu beradu.
Dekap aku dengan doamu, akan kudekap kamu dengan doaku. 
Biarkan doa kita saling dekap, lantas kita saling lekap. 
Agar langit tak lagi temaram, agar cinta tak lekas benam.

Kamis, 14 November 2013

Repitisi

Sudah terlalu jauh hati berkelana. Persinggahan, percabangan dan perhentian. Entah kapan aku sampai pada tujuan yang telah digariskan. Beberapa kali, cinta membuatku patah dan kehilangan kendali karena jatuh dari tempat yang terlalu tinggi. Beberapa kali, cinta membuatku nyaris jera untuk kembali membuka hati. Beberapa kali, cinta menyadarkanku bahwa ini bukan tentang teori tapi praktek hati. Beberapa kali, cinta membuatku tak yakin akan manis yang pernah ia janjikan. Beberapa kali, cinta membuatku kehilangan sebuah ‘percaya’.

Dan kali yang terakhir, dengan sosok yang terlalu samar untuk membuatku tersadar bahwa dialah yang kucinta, mungkin bukan untukku dia terlahir. Musnah mimpi, serangkai kebetulan manis pun kubenci dan nyaris tak kupercaya lagi bahwa skenario cinta ada yang berujung bahagia. Seberusaha apapun aku agar layak dicintai, takkan menyatu jika memang dihatinya tak tergaris namaku. Sekeras apapun memaksa tak begini akhirnya, yang terancang akan selalu terjadi menurut kehendak Pencipta. Bukankah satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menerima dan berlapang dada?

Sudah sering kali aku melepas. Sudah sering kali aku mengalah. Sudah sering kali aku pergi dari arena hanya untuk menyuguhkan bahagia bagi sosok yang kucinta. Sudah sering kali aku membiarkan hal ini berulang kali jadi siklus yang biasa dimaklumi. Sudah sering kali aku mempersilahkan orang lain untuk duduk menggantikan peran yang biasa kulakukan. Ingin rasanya sekali bertolak dari apa yang biasa kulakoni. Tak perlulah kepala menyodori seharusnya aku berbuat apa. Kali ini aku hanya mengandalkan hati, ke arah mana ia seharusnya pergi. Karena memperjuangkanmu justru membuatku semakin sadar untuk segera menekan tombol henti. Aku takut ada yang terluka lebih lama, lebih sering, lebih sakit. Entah aku atau kamu.

Berkali aku jatuh cinta, semakin lama semakin meningkat sakitnya. Mungkin karena aku terlalu merasa memiliki, jadi kurasakan kehilangan dini yang terlalu menyakiti. Kini, perasaan masih begitu kental seiring dengan sesak yang ikut berjejal. Tidak perlu ada yang tahu, airmataku penuh dibungkus oleh tisu-tisu itu. Tidak perlu ada yang mendengar, isak tangis yang menggelegar. Tidak perlu ada yang melihat bahwa aku sebenarnya tak nyaman dengan pemandangan yang disuguhkan. Tidak perlu ada yang bertanya siapa dalang dari segala luka. Tidak perlu ada yang merasa bersalah atas salahku yang tak disengaja. Ya, jatuh cinta padamu mungkin adalah sebuah dosa.

Berusaha terlihat baik-baik saja adalah caraku untuk menyamarkan luka. Urusan rela, melepas dan rentetan segala untuk lupa adalah hal yang semoga bisa cepat membuntutinya. Mungkin manisnya cerita yang membuat beberapa pasang berbangga belum terjadi padaku. Tapi seharusnya kita sama-sama tahu. Belum bukan berarti tidak ada kan? Jika nanti sosok itu tiba, aku ingin mematahkan segala repetisi luka hati. Karena siapapun yang jatuh cinta, berhak dapatkan porsi bahagia.