Jumat, 03 Juni 2011

Cerita Isi Hati

saat mentari telah bersembunyi
rutinitas tak berhenti di sini
di tengah keriuhan tak berarti
terhenti, terdiam, dan lagi-lagi tak ada yang menemani
jika dinding-dinding kamar bisa bernyanyi
kan ku dengar lagu sendu paling ngeri
kenapa begini ?
sudah bosan, beginilah setiap hari
wira-wiri kesana kemari
padahal tak tahu maunya hati
seonggok daging tak berarti di sini, hanya kumpulan daging tanpa isi
jiwa dan hati pergi ingin kembali pada pujangga hati
kembali sunyi, selalu sunyi
tangisan hati paling ngeri
meronta berteriak ingin kembali
tak sanggup lagi menahan yang tak pasti
aku ingin kembali pada sang kekasih hati

CEMBURU


Dirasa berpola, tidak
Dirasa misterius, juga tidak
Yang mengalir hanya hal yang tak terduga
Kadang bisa di tebak, kadang tidak
cemburu hati tidak mengalahkan segalanya
rasionalisme harus berpacu pada adanya
kadang kata tak menggambarkan segalanya
sulitnya perasaan jadi biang keladinya
Berungkap tak berkata
Berbisik namun beriak

PINTU


dan kini aku berdiri di depan sebuah pintu,
yang mana dengan langkahku akan jelas semuanya
Pintu akan tertutup dan semua yang dibelakang hanya akan jadi kenangan
sakit rasanya harus menulis “hanya” sebelum kata kenangan
karena bangunan yang dibuat dengan canda tawa itu tak akan bisa lagi disentuh atau dilihat
karena bangunan yang dibuat dengan perasaan sayang itu tak akan lagi bisa di rasa keberadaannya
saat semua jadi kenangan
Aku ingin terus membangun memoriku bersamamu
aq ingin terus membangun bahagiaku dengan detikmu
tapi bila pintu ini memaksaku untuk melaluinya
aq mohon maaf yang sebesar-besarnya
Maaf untuk rasa sedih yang ku buat
maaf untuk harapan yang telah ku bangun
maaf untuk sejenak rasa sayang yang akhirnya menyakitkan
dan maaf untuk meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini

Kamis, 02 Juni 2011

Histologi-Jaringan Saluran Cerna

I. Histologi1
Struktur Umum Saluran Cerna
Saluran cerna umumnya memiliki ciri struktural yang khas. Saluran ini merupakan suatu tabung berongga yang terdiri atas lumen dengan diameter yang bervariasi, dan dikelilingi oleh dinding yang terdiri atas 4 lapisan utama: mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Mukosa terdiri atas epitel pelapis; sebuah lamina propia jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah, pembuluh limfe, dan sel otot – otot polos, kadang – kadang juga mengandung kelenjar dan jaringan limfoid; dan muskularis mukosa, yang biasanya terdiri atas lapisan sirkuler dalam yang tipis dan lapisan longitudinal luar dari otot polos, yang memisahkan mukosa dari submukosa. Mukosa sering disebut membran mukosa. Submukosa terdiri atas jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe dan suatu pleksus saraf submukosa ( yang juga disebut pleksus Meissner). Lapisan ini mengandung kelenjar dan jaringan limfoid. Lapisan muskularis mengandung sel – sel otot polos yang tersusun sebagai spiral dan dibagi dalam 2 lapisan lagi, sesuai arah utama jalannya sel otot. Di dalam lapisan dalam ( dekat lumen), susunan sel otot umumnya melingkar; di lapisan luar, sebagian besar susunannya memanjang. Muskularis juga mengandung pleksus saraf mienterikus ( atau pleksus Auerbach) yang terletak di antara kedua lapisan otot dan pembuluh darah serta limfe dalam jaringan ikat di antara lapisan – lapisan otot. Serosa adalah lapisan tipis jaringan ikat longgar, yang kaya akan pembuluh darah, pembuluh limfe, dan jaringan lemak, serta epitel selapis gepeng sebagai epitel pelapis ( mesotel). Di dalam rongga perut, serosa menyatu dengan mesentrium( membrane tipis yang dilapisi mesotel pada kedua sisinya), yang menopang usus dan menyatu dengan peritoneum yaitu membrane serosa yang melapisi dinding rongga. Akan tetapi di tempat terbentuknya hubungan organ pencernaan dengan organ atau struktur lain serosa tersebut digantikan oleh lapisan adventisia tebal yang terdiri jaringan ikat yang mengandung pembuluh dan saraf tanpa adanya mesotel.
Fungsi utama epitel saluran cerna adalah sebagai sawar yang secara selektif bersifat permeable di antara isi saluran cerna dan jaringan tubuh, untuk memudahkan transport dan pencernaan makanan, membantu absorpsi produk pencernaan, dan menghasilkan hormone yang mempengaruhi aktivitas sistem pencernaan. Sel –sel lapisan ini menghasilkan mucus sebagai pelumas dan pelindung.
Banyaknya nodul limfoid dalam lamina propia dan submukosa melindungi organism ( bersama epitel) dari serangan bakteri. Lamina propia, yang tepat di bawah epitel, adalah zona yang kaya akan makrofag dan sel – sel limfoid, dan beberapa di antaranya secara aktif menghasilkan antibodi. Antibodi ini terutama berupa immunoglobulin A ( IgA) dan tergabung dengan suatu protein sekresi yang dihasilkan oleh sel – sel epitel pelapis usus dan disekresikan ke dalam lumen usus. Muskularis mukosa meningkatkan pergerakan mukosa, tanpa dipengaruhi pergerakan bagian lain bagian lain di saluran cerna, yang akan meningkatkan kontaknya dengan makanan. Kontraksi muskularis yang dibangkitkan dan diatur oleh pleksus saraf, mendorong dan mencampur makanan di dalam saluran cerna. Pleksus ini terutama terdiri atas kumpulan sel saraf ( neuron visceral multipolar) yang membentuk ganglia parasimpatis kecil. Anyaman luas serabut pra dan pasca ganglion dari susunan saraf otonom dan sejumlah serabut sensorik visceral dalam ganglia ini memungkinkan terjadinya komunikasi antar serabut saraf tersebut. Jumlah ganglia ini di sepanjang saluran cerna bervariasi; ganglia tersebut paling banyak terdapat di daerah dengan motilitas terbesar.

Histologi Hati, Pankreas, Kandung Empedu

HATI

Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati menjadi perantara antara sistem pencernaan dan darah. Kebanyakan darahnya (70-80%) berasal dari vena porta; jumlah yang lebih kecil berasal dari arteri hepatica. Seluruh materi yang diserap melalui usus tiba di hati melalui vena porta, yang diserap melalui usus tiba di hati melalui vena porta, kecuali lipid kompleks (kilomikron), yang terutama diangkut melalui pembuluh limfe. Posisi hati dalam sistem sirkulasi sangat cocok untuk menampung, mengubah dan mengumpulkan metabolit serta untuk menetralisasi dan mengeluarkan zat toksik. Pengeluaran ini terjadi di empedu, yakni suatu sekret eksokrin dari hati yang penting untuk pencernaan lipid. Hati juga memiliki fungsi penting untuk menghasilkan protein plasma, seperti albumin, dan protein pembawa lainnya.

Stroma
Hati dibungkus oleh suatu simpai tipis jaringan ikat (kapsula Glisson) yang menebal di hilus, tempat vena porta dan arteri hepatica memasuki hati dan keluarnya duktus hepatica kiri dan kanan serta pembuluh limfe dari hati. Pembuluh-pembuluh dan duktus ini dikelilingi jaringan ikat sepanjang perjalanannya ke bagian ujung (atau bagian asal) di dalam celah portal antar lobuli hati. Di tempat ini terbentuk jalinan serat retikulin halus yang menopang hepatosit dan sel endotel sinusoid di lobules hati.

Lobulus Hati
Komponen strukural utama hati adalah sel-sel hati, atau hepatosit. Sel-sel epitelnya berkelompok membentuk lempeng-lempeng yang saling berhubungan. pada sediaan mikroskop cahay, tampak satuan struktural yang disebut lobules hati. Lobulus hati dipisahkan satu dari lainnya oleh selapis jaringan ikat. Hal tersebut tidak berlaku bagi manusia, yaitu sebagian besar keliling lobuli saling berdekatan sehingga sulit untuk menentukan batas masing-masing lobulus. Pada daerah perifer tertentu, lobuli dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung duktus biliaris, pembuluh limfe, saraf, dan pembuluh darah. Daerah ini, yaitu celah portal, dijumpai pada sudut-sudut lobulus. Hati manusia mengandung 3-6 celah portal per lobulus, masing-masing dengan venula (cabang vena porta), sebuah arteriol (cabang arteri hepatica), sebuah duktus (bagian dari sistem duktus biliaris), dan pembuluh limfe. Venula tersebut mengandung darah dari vena mesentrika superior dan inferior serta vena lienalis. Arteriol menerima darah dari trunkus seliakus dari aorta abdominalis. Hepatosit ada lobulus hati tersusun radier. Celah antara lempeng sel ini mengandung kapiler, yaitu sinusoid hati. Sel-sel endotel terpisah dari hepatosit dan celah subendotel yang dikenal sebagai celah Disse yang mengandung mikrovili hepatosit. Selain sel endotel, sinusoid juga mengandung makrofag yang dikenal sebagai sel Kupffer. Sel ini ditemukan pada permukaan luminal sel endotel. Fungsi utamanya adalah memetabolisme eritrosit tua, mencerna hemoglobin, menyekresi protein yang berhubungan dengan proses imunologis.

Pendarahan (suplai darah)
Hati menerima darah dari 2 sumber : 80% darah berasal dari vena porta, yang membawa darah yang miskin oksigen namun kaya nutrient dari visera abdominal, dan 20% darah berasal dari arteri hepatica, yang memasok darah kaya oksigen.
Sisem Vena Porta. Vena porta bercabang-cabang menjadi venula porta kecil ke dalam celah portal. Venula portal bercabang ke dalam vena pendistribusi yang berjalan di tepian lobulus. Dari vena pendistribusi, venula inlet kecil bermuara ke dalam sinusoid. Sinusoid berjalan radier, berkonvergensi k epusat lobulus untuk membentuk vena sentralis au vena sentrolobular. pembuluh ini berdinding tipis, dan hanya terdiri atas sel-sel endotel yang ditunjang sedikit serat kolagen. Sewaktu vena sentralis berjalan di sepanjang lobulus, vena ini menerima makin banyak curahan sinusoid dan berangsur bertambah besar. Akhirnya vena sentralis meninggalkan lobulus dari dasar dan menyatu dengan vena sublobularis yang lebih besar. Vena sublobularis secara berangsur berkonvergensi dan menyatu, yang membentuk dua atau lebih vena hepatica besar yang bermuara ke dalam vena kava inferior.
Sistem portal mengangkut darah dari pancreas dan limpa, dan darah dengan nutrient yang diserap di usus. Nutrien dikumpulkan dan diolah di hati. Zat-zat toksik juga dinetralisir dan dihancurkan di hati.

Sistem Arteri. Arteri hepatika bercabang berulang kali dan membentuk arteri interlobularis. Sebagian arteri ini mendarahi struktur –struktur portal, dan lainnya membentuk arteriol yang berakhir langsung ke dalam sinusoid pada jarak-jarak tertentu dari celah portal sehingga sinusoid mendapat campuran darah arteri dan darah vena porta. Fungsi utama sistem arteri adalah memasok cukup oksigen kepada hepatosit.
Darah mengalir dari tepi ke pusat lobulus hati. Akibatnya, oksigen dan metabolit, serta substansi toksik maupun nontoksik lain yang diserap di usus, sampai di sel-sel bagian tepi lebih dulu dan kemudian baru tiba di sel-sel bagian pusat lobulus. Arah aliran darah ini menjelaskan mengapa sel-sel perifer lobulus berprilaku lain dari sel-sel sentrolobular.

KANDUNG EMPEDU

Kandung empedu adalah organ berongga berbentuk buah pir, yang melekat pada permukaan bawah hati. Organ ini dapat menyimpan 30-50 ml empedu. Dinding kandung empedu terdiri atas mukosa dengan epitel selapis silindris dan lamina propria, selapis otot polos, jaringan ikat perimuskular dan suatu membran serosa.
Mukosa kandung empedu memiliki banyak lipatan yang terutama dijumpai ketika kandung ini sedang kosong. sel-sel epitelnya kaya akan mitokondria. Semua sel ini mampu menyekresi sejumlah kecil mucus. Kelenjar mukosa tubuloasinar dekat dengan duktus sisikus berperan pada produksi sebagian besar mucus yang terdapat dalam empedu.
Fungsi utama kandung empedu adalah penyimpanan empedu, pemekatan empedu dengan cara mengabsorbsi air, dan melepaskan empedu ini ke dalam saluran cerna bila dibutuhkan. Proses tersebut bergantung pada mekanisme transport aktif natrium di epitel kandung empedu.

PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar campuran eksokrin dan endokrin yang menghasilkan enzim pencernaan dan hormon. Enzim ditimbun dan dilepaskan oleh sel dari bagian eksokrin, yang tersusun dalam asini. Hormon disintesis oleh kelompok sel epitel endokrin, yang dikenal sebagai Pulau Langerhans. Bagian eksokrin pankreas adalah kelenjar asinar kompleks yang serupa dengan struktur kelenjar parotis. Ciri khas pada pankreas adalah bagian awal dari duktus interkalaris masuk ke dalam lumen asinus. Inti, yang dikelilingi sitoplasma pucat, terletak di sel sentroasinar yang merupakan bagian intra-asinar di duktus interkalaris.
Asinus eksokrin pankreas terdiri atas beberapa sel serosa yang mengelilingi lumen. Sel-sel ini sangat terpolarisasi, dengan inti bulat dan khas untuk sel penghasil-protein. Pankreas ditutupi suatu simpai jaringan ikat tipis yang menjulurkan septa ke dalamnya, dan memisahkan lobulus pankreas. Asinus dikelilingi suatu lamina basal yang ditunjang selubung serat-serat retikulin halus. Pankreas juga memiliki jaringan kapiler luas, yang penting untuk proses sekresi.
Kebanyakan enzim disimpan sebagai koenzim dalam granul sekretoris sel-sel asinus, yang teraktifkan di dalam lumen usus halus setelah disekresi. Hal ini sangat penting untuk melindungi pankreas.Sekresi pankreas terutama dikendalikan oleh 2 hormon yaitu sekretin dan kolesistokinin, yang dihasilkan sel-sel enteroendokrin mukosa duodenum. Rangsangan nervus vagus juga menimbulkan sekresi pankreas.

Mekanisme saluran Pencernaan

A. Mulut
Mulut merupakan pintu masuk makanan ke dalam saluran pencernaan. Bagian-bagian dari rongga mulut antara lain: 
• Bibir (labium inferius dan labium superius) berupa otot membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di mulut. Bibir juga penting untuk berbicara.
• Palatum  membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan rongga mulut dengan hidung. Ada 2 bagian, palatum durum (bagian depan yang keras/tulang) dan palatum mole (bagian belakang- lunak/tidak bertulang). Di palatum mole terdapat uvula.
• Lidah  membentuk dasar rongga mulut dan terdiri dari ototo rangka untuk membantu mengunyah dan mendorong makanan.
• Gigi  berfungsi untuk mengunyah makanan  memotong, merobek, menggiling dan mencampur makanan.
• Gusi  tempat menempel gigi.
• Faring  penghubung antara mulut dan esofagus  sebagai tempat jalannya makanan, dan menyediakan jalan antara trakea dan rongga hidung untuk udara.
• Otot-otot pengunyah  berada di sekeliling mulut, seperti m. masseter, m. temporalis, m. orbicularis oris, m. Pterygoideus medialis dan lateralis, m. Mylohyoideus, m. Buccinatoria, m. Sternohyoideus,m. Thyrohyoideus, m. Geniohyoideus, m. Mentalis, m. Genioglossus, dll
• Kelenjar ludah/saliva  kel parotidea, kel sublingualis, kel submandibularis, dan kel bukal (sangat kecil).
Proses Mengunyah Makanan (Mastikasi)
Ini merupakan langkah awal dari pencernaan. Tujuan mengunyah adalah:
a. Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil untuk mempermudah menelan dan mempermudah kerja enzim pencernaan (yang bekerja hanya pada permukaan partikel makanan), serta mencegah terjadinya ekskoriasi traktus GI.
b. Mencampur makanan dengan saliva.
c. Merangsang papil pengecap. Ini tidak hanya berperan dalam menimbulkan sensasi rasa, tetapi juga secara refleks memicu sekresi saliva, lambung, pankreas, dan empedu sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan makanan.
Prosesnya:
Gigi anterior (incisivus) bekerja dalam memotong makanan, gigi taring merobek makanan, dan gigi posterior yang akan menggiling. Gigi atas dan bawah biasanya tepat satu sama lain saat kedua rahang dikatupkan. Oklusi tersebut memungkinkan hancurnya makanan di antaa kedua permukaan. Semua otot rahang bawah bekerja bersama-sama dalam mengatupkan gigi. Lidah berperan dalam mencampur makanan dengan saliva agar lebih lunak dan mudah dihancurkan oleh gigi.
Pada umumnya otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial ke V, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecapan batang otak akan menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu, seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Sebagian besar proses mengunyah terjadi karena refleks mengunyah. Adanya bolus makanan menimbulkan penghambatan otot untuk mengunyah ( menarik rahang ke bawah) . Akibat penurunan rahang ini timbul refleks regang pada otot rahang bawah  menimbulkan rebound mengangkat rahang bawah  mengatupkan gigi dan menekan bolus ke dinding mulut  menghambat otot rahang bawah  rebound, dan terjadi berulang-ulang.

Fungsi Saliva
 Melembutkan makanan
 Lubricate makanan dan mulut
 Dissolves makanan sehingga kita bisa merasakannya (taste it)
 Menjaga pH mulut
 Proteksi  lisozim sebagai antibakteri
 Mencuci mulut dan menjaga agar lidah bebas dari partikel makanan.

Karakteristik saliva:
Saliva disekresi +- 1500/hari. Komposisinya terdiri dari 99,5% air dan 0,5% elektrolit dan protein. Proteinnya terdiri dari enzim (lipase lingual dan ptyalin/amylase saliva), mucus (musin), dan lisozim. Bahan anorganiknya antara lain: ion Na, K, Cl, dan bikarbonat.

B. Esofagus
Struktur dan fungainya : Esofagus merupakan tabung berdinding tipis memanjang dari faring ke lambung, panjangnya sekitar 25 cm, dan berfungsi sebagai tempat jalannya makanan menuju ke lambung. Esofagus bagian 1/3 atas tersusun atas otot rangka, dan 2/3 bawah tersusun atas otot polos. Letak esofagus sebagian besar berada di daerah toraks, sebagian kecil menembus diafragma dan berbatasan dengan kardia lambung. Esofagus dibatasi oleh 2 otot sphingter (atas : faringoesofageal sphingter  yang akan berelaksasi pada saat menelan makanan, dan gastroesophageal sphingter  berelaksasi saat makanan akan masuk ke lambung). Gelombang kontraksinya dikontrol oleh Nervus cranialis ke V, VII, dan XII, dan nervus vagus.
Esofagus memiliki kelenjar yang terdapat pada sepanjang saluran pencernaan dan hanya menghasilkan mukus. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk makanan, mukus mencegah kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian tajam makanan. Mukus juga melindungii dinding esofagus dari asam dan enzim jika terjadi refluks lambung. Di dalam esofagus, makanan tidak mengalami pencernaan maupun penyerapan.
Proses Menelan Makanan (Deglutisi) (based on Guyton)
Tahap menelan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu tahap volunter, tahap faringeal, dan tahap esofageal.
a. tahap volunter
Saat bolus sudah siap ditelan, lidah akan terangkat dan menekan palatum untuk mendorong bolus kedalam faring, dan proses penelanan secara involunter dimulai.
b. tahap faringeal
Sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel reseptor menelan di sekeliling pintu faring (pada tiang tonsil), dan sinyal- sinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis sbb:
- palatum mole tertarik keatas untuk menutupi nares posterios  cegah refluks makanan ke hidung.
- Lipatan palatofaringela pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk saling mendekat sehingga membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh makanan yang masuk. Celah ini selektif, hanya makanan yang cukup dikunyah yang dapat masuk.
- Pita suara laring mendekat, dan laring tertarik ke atas dan anterior oleh otot-otot leher. Selain itu, ada ligamen yang mencegah pergerakan epiglotis ke atas dan menyebabkan epiglotis bergerak ke belakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bersama-sama mencegah masuknya makanan ke saluran pernapasan.
- Gerakan laring ke atas akan melebarkan pembukaan ke esofagus yang disertai relaksasinya sfingter faringoesofageal sehingga makanan dapat bergerak masuk ke esofagus. Di antara tahap penelanan, sfingter ini selalu berkontraksi untuk mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi.
- Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal relaksasi, seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior faring, lalu menyebar ke bawah melintasi daerah faring media dan inferior, yang mendoorng makanan ke dalam esofagus melalui gerakan peristaltik.
Seluruh proses tersebut terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik.
c. tahap esofageal
Ada 2 gerakan yang dilakukan oleh esofagus, yaitu gerakan peristaltik primer dan sekunder. Peristaltik primer merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang dimulai di faring dan menyebar ke esofagus selama tahap faringeal. Gelombang peristaltik di esofagus berjalan sekitar 8-10 detik
Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang terthan. Gelombang ini terus berlanjut sampai semua makanan masuk lambung. Gelombang peristaltik sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus dan sebagian oleh refleks-refleks yang dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas melalui serabut-serabut aferen vagus ke medula dan kembali ke esofagus melalui serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal dan vagus.

GASTER
Merupakan tempat penyimpanan makanan, yang secara anatomis terdiri dari 4 bagian, yaitu kardia, fundus, korpus, dan pilorus. Letaknya ada di rongga dada sebelah kiri.
Fungsi gaster:
- penyimpanan
- penguraian
- pencernaan (sebagian)
- tempat transit makanan sebelum ke usus halus
- mensekresikan  HCl (asam lambung), enzim, dan membentuk chymus.
- Proteksi : HCl memproteksi lambung dari bakteri
: ada struktur yang dapat memproteksi diri dari sekresinya yang bersifat merusak *.
*Seluruh permukaan mukosa lambung memiliki lapisan bersambungan yang terdiri dari sel mukus permukaan. Sel – sel ini menyekresikan mukus kental (MUKUS BIKARBONAT) yang melapisi mukosa lambung dengan gel mukus setebal +- 1 mm  menyediakan cangkang protektif bagi dinding mukosa lambung dari suasana asam + melumaskan transpor makanan. Selain itu, antar sel-sel permukaan mukosa juga terdapat hubungan tight junction asam tidak dapat berdifusi diantara sel-sel lumen ke bagian yang lebih bawah.  semuanya disebut gastric mucosal barrier/ sawar mukosa lambung.

Proses yang terjadi pada lambung antara lain:
1. Pergerakan atau motilitas
Terdiri dari :kontraktilitas perut kosong, pengisian lambung, aktivitas kontraktil, dan pengosongan lambung.
a. Kontraktilitas perut kosong
Diantara makan:
- a series of contraction begins in the stomach
- passes slowly to distal part of GIT
- membutuhkan waktu 90 menit untuk sampai ke usus halus
- dikenal sebagai “migrating motor complex”
- sebagai “housekeeping”, menyapu sisa makanan dan bakteri agar keluar dari GI tract atas menuju ke usus besar.
b. Pengisian lambung
Bagian fundus dan korpus merupakan bagian yang berdinding relative tipis dan menunjukkan sedikit aktifitas kontraktil, Bersifat distenible reservoir (menyediakan plastisitas), akan berelaksasi jika terjadi reflek menelan makanan (bersama dengan sfingter di kardiak), dan terjadi relaksasi reseptive pada saat ia terisi (dikontrol oleh saraf vagus).
Proses Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini akan menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan intralambung, tetapi hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos lambung dan relaksasi reseptif. Plastisitas adalah kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, dengan demikian pada saat serat-serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga mendekati potensial istirahat yang membuat potensial gelombang lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil.
Sifat dasar otot polos tersebut diperkuat oleh relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae, selama makan rugae mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas karena terisi. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif yang akan meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya mengalami sedikit peningkatan tekanan.
c. Aktivitas kontraktil
Ketika volume lambung +- 1 L, tekanan internalnya akan naik, kemudian terjadi aktivasi kontraksi tonik di bagian proksimal lambung. Ada regio ”pacemaker” di 1/3 tengah korpus yang menghasilkan gelombang-lambat yang bergerak di sepanjang lambung.. Gerakan peristaltik ini mendorong makanan turun ke bagian pylorus, dan mencampurnya dengan asam dan enzim pencernaan. Motilitas gaster pada saat ada makanan dikontrol oleh system saraf yang distimulasi oleh distensi lambung.
d. Pengosongan lambung
Di bagian antrum atau pylorus, kontraksinya sangat kuat, karena isi gaster menekan secara kuat ke pylorus. Makanan terseleksi yang telah tercampur dg gastric juice tercerna sebagian. Bagian yang padat dikurangi dan diubah menjadi campuran semicair yang disebut chyme. Sekitar +- 6 ml dari chyme akan dikosongkan dari lambung menuju ke usus halus. Semakin banyak jumlah makanan dan semakin cair makanan tersebut, akan semakin cepat proses pengosongan lambung ini. Makanan yang berlemak relatif lebih lambat.




Jenis makanan yang paling cepat dicerna adalah karbohidrat, butuh waktu hanya 3 jam. Yang paling lama adalah lemak. Makanya kalau makan KH saja, laparnya cepat.

SEKRESI

Lambung menghasilkan mukus yang menjaga dinding lambung supaya tidak teriritasi oleh asam yang juga dihasilkan lambung. pH pada lumen lambung 2, tapi pada dinding lambung 7.



INTESTINUM
Di usus halus, isi usus dicampur dengan sekresi sel-sel mukosa dan enzim pankreas serta empedu.

Motilitas Usus
Di usus halus, terdapat rata-rata 12 siklus BER (Basic Electrical Rhythm) tiap menit di jejunum proksimal, yang kemudian berkurang menjadi 8 per menit di ileum distal. Ada 3 jenis kontraksi otot polos, yaitu gelombang peristaltik (mendorong isi usus atau kimus ke arah usus besar), kontraksi segmentasi (kontraksi mirip cincin yang muncul dalam interval yang relatif teratur di sepanjang usus, lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-segmen di antara kontraksi sebelumnya; kontraksi ini mendorong kimus maju-mundur dan meningkatkan pemajanannya dengan permukaan mukosa), dan kontraksi tonik (kontraksi yang relatif lama, yang akan mengisolasi satu segmen usus dengan segmen lain). Kontraksi tonik dan kontraksi segmentasi memperlambat perjalanan di usus halus sehingga waktu transit makanan sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang daripada keadaan puasa. Hal ini memungkinkan kimus mengadakan kontak yang lebih lama dengan enterosit dan meningkatkan absorpsi.
Gelombang peristaltik yang sangat kuat (peristaltic rush) tidak terjadi pada orang normal, tapi dapat timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon kadang terjadi antiperistalsis lemah, tapi sebagian besar gelombang secara teratur bergerak dalam arah oral-kaudal.

Pengaturan Sekresi Usus
Sekresi Mukus oleh Kelenjar Brunner di Duodenum
Kelenjar Brunner di duodenum mensekresikan mukus alkalis kental yang mungkin membantu melindungi mukosa duodenum dari asam lambung dan sebagai respons terhadap (1) rangsang taktil atau iritatis dari mukosa duodenum, (2) rangsang vagus yang menyebabkan sekresi kelenjar Brunner meningkat bersamaan dengan peningkatan sekresi lambung, dan (3) hormon gastrointestinal, khususnya sekretin. Juga terdapat sekresi HCO3- dalam jumlah cukup banyak yang independen terhadap kelenjar Brunner.
Sekresi Getah Pencernaan Usus oleh Kripta Lieberkühn
Permukaan usus kripta vili ditutupi suatu epitel yang terdiri dari:
a. Sel goblet: menyekresi mukus untuk melumasi dan melindungi permukaan usus
b. Enterosit (di dalam kripta): menyekresi sejumlah besar air dan elektrolit dan mereabsorpsi air dan elektrolit bersama dengan produk akhir pencernaan.
Sekresi usus dibentuk oleh enterosit kripta pad kecepatan sekitar 1800 mL/hari. Sekresi ini hampir murni cairan ekstrasel dan memiliki pH sedikit alkalis (7,5-8). Sekresi tersebut dengan cepat direabsorpsi oleh vilus. Aliran cairan dari kripta ke dalam vili akan menyuplai suatu media yang encer untuk absorpsi zat-zat dari kimus sewaktu zat berkontak dengan vili.

Enzim-Enzim Pencernaan pada Sekresi Usus Halus
Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa serpihan sel, sekresi ini hampir tidak mengandung enzim. Enterosit mukosa, terutama yang menutupi vili, mengandung enzim pencernaan yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan diabsorpsi melalui epitel. Enzim-enzim itu adalah:
1. Peptidase: memecah peptida kecil menjadi asam amino
2. 4 enzim: sukrase, maltase, isomaltase, dan laktase: memecah disakarida  monosakarida
3. Lipase intestinum: memecah lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak.
Selain enzim yang berasal dari usus halus, terdapat pula enzim yang dihasilkan oleh pankreas juga garam empedu yang dihasilkan oleh hati. Akan dibahas lebih lengkap lagi setelah ini.
Fungsi Katup Ileosekal
Fungsi utama katup ileosekal adalah untuk mencegah aliran balik isi fekal dari kolon ke dalam usus halus. Karena bentuknya yang menonjol ke lumen sekum sehingga akan tertutup erat bila ada tekanan di sekum. Dinding ileum beberapa sentimeter di atas katup ileosekal juga mengalami penebalan otot sirkular yang disebut sfingter ileosekal. Dalam keadaan normal, sfingter ini berkontraksi mengosongkan isi ileum ke sekum. Namun, segera setelah makan, refleks gastroileal meningkatkan peristaltik ke dalam ileum, dan pengosongan isi ileum ke sekum berlanjut.
Derajat kontraksi sfingter ileosekal dan intensitas peristaltik di ileum terminal diatur secara kuat oleh refleks-refleks dari sekum. Bila sekum diregangkan, kontraksi sfingter ileosekal menjadi meningkat dan peristaltik ileum menjadi terhambat.

Absorpsi
Jumlah cairan total yang harus diabsorpsi oleh usus tiap hari sebanding dengan cairan yang dicerna (1,5 L) ditambah cairan yang disekresikan oleh bermacam-macam sekresi gastrointestinal (7L). Semua kecuali kira-kira 1,5 L dari cairan ini diabsorpsi di usus halus, dan menyisakan hanya 1,5 L untuk melalui katup ileosekal ke dalam kolon setiap harinya.
Pada permukaan absorpsi mukosa usus halus, tampak banyak lipatan yang disebut valvula koniventes (lipatan Kerckring), yang meningkatkan daerah permukaan absorpsi mukosa menjadi 3x lipat. Lipatan-lipatan ini sebagian besar meluas secara sirkular di sekitar usus dan terutama sangat berkembang dalam duodenum dan yeyunum.
Terdapat berjuta-juta vili kecil yang terletak di seluruh permukaan epitel usus halus sampai dengan katup ileosekal. Vili-vili ini terletak sangat dekat satu sama lain pada usus halus bagian atas sehingga saling bersentuhan pada sebagian besar daerahnya, tetapi distribusi kurang merata pada usus halus distal. Susunan ini menekankan pada keuntungan pengaturan sistem vaskular untuk absorpsi cairan dan bahan-bahan terlarut ke dalam daerah portal dan adanya susunan pembuluh limfe “lakteal sentral” untuk absorpsi ke dalam limfe.
Absorpsi usus halus setiap hari terdiri atas beberapa ratus gram karbohidrat, 100 gram atau lebih lemak, 50-100 gram asam amino, 50-100 gram ion, dan 7-8 liter air.
Karbohidrat (glukosa dan galaktosa) di absorpsi secara transpor aktif sekunder (masuk bersama Na+). Absorpsi lemak dengan cara: lemak yang telah terurai jadi free fatty acid dan gliserol akan dibungkus dan diantar ke dalam sel lewat bentuk micel. Lalu dalam sel akan bersatu dengan protein jadi kilomikron, dan masuk ke lacteal bukan kapiler. Hal ini diakrenakan pori-pori lacteal lebih besar. Sedangkan untuk gliserol bisa langsung masuk ke kapiler.

KOLON
Fungsi utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat (terutama setengah proksimal kolon) dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan (terutama setengah distal kolon). Meskipun pergerakan kolon secara normal sangat lambat, pergerakannya berkarakteristik serupa usus halus dan dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.

Gerakan Mencampur – “Haustrasi”
Melalui cara yang sama dengan segmentasi di intestinum, kontriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap konstriksi ini, sekitar 2,5 cm otot sirkular berkontraksi menyempitkan lumen kolon sampai hampir tersumbat. Sedangkan otot longitudinal kolon (tiga pita longitudinal/ taenia coli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan ini menyebabkan bagian kolon yang tak terangsang menonjol ke luar (haustrasi). Bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan diputar dengan cara seperti orang menyekop tanah sehingga semua bahan feses (secara bertahap) bersentuhan dengan permukaan mukosa kolon, dan cairan serta zat-zat terlarut diabsorpsi hingga hanya 80-200 mL feses yang dikeluarkan tiap hari.

Gerakan Mendorong – “Pergerakan Massa”
Pergerakan massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai dengan:
1. Timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respons dari tempat yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum.
2. Kolon, pada bagian distal cincin konstriksi, akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai 1 unit, mendorong maju feses pada segmen ini, sekaligus lebih menuruni kolon.
3. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar kira-kira 30 detik dan terjadi relaksasi selama 2-3 menit berikutnya.

Pencetusan Pergerakan Massa oleh Refleks Gastrokolik dan Refleks Duodenokolik
Timbulnya pergerakan massa sesudah makan dipermudah refleks gastrokolik dan duodenokolik. Refleks ini disebabkan oleh distensi lambung dan duodenum. Refleks ini dijalarkan melalui jalur sistem saraf otonom. Iritasi dalam kolon dapat juga menimbulkan pergerakan massa yang kuat.

Defekasi
Bila pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum, segera timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter anus.
Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus (penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa cm yang terletak tepat di sebelah dalam anus) dan (2) sfingter ani eksternus (terdiri dari otot lurik yang mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah distal). Sfingter eksternus diatur oleh serabut saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis dan bekerja secara sadar.

Refleks Defekasi
Biasanya defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Salah satu refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam dinding rektum. Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desendens, sigmoid, dan rektum, dan mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsik bersifat relatif lemah dan dapat lebih diperkuat dengan refleks defekasi jenis lain, yaitu suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medula spinalis.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan dengan mengambil napas dalam untuk menggerakan diafragma turun ke bawah dan kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan abdomen, mendorong feses ke dalam rektum untuk menimbulkan refleks baru. Refleks ini tidak seefektif refleks alamiah, karena alasan inilah orang yang terlalu sering menghambat refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi berat.

Sekresi Usus Besar
Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta Lieberkühn, tetapi usus besar tak mempunyai vili. Sel-sel epitelnya hampir tak mengandung enzim. Sebaliknya, sel ini terutama mengandung sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus. Sekresi dominan pada usus besar adalah mukus yang mengandung ion bikarbonat (disekresi beberapa sel epitel yang tidak menyekresi mukus) dalam jumlah sedang. Kecepatan sekresi mukus diatur oleh rangsangan taktil, langsung dari sel-sel epitel yang melapisi usus besar dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel-sel mukus pada kripta Lieberkühn.
Rangsangan nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai 2/3 bagian distal usus besar, juga dapat mengakibatkan kenaikan jumlah sekresi mukus yang nyata. Selama perangsangan parasimpatis ekstrem (misalnya oleh gangguan emosional), kadang banyak sekali mukus disekresikan ke dalam usus besar sehingga orang tersebut sering mengalami pergerakan mukus kental dalam usus tiap 30 menit sekali.
Mukus dalam kolon melindungi dinding usus terhadap ekskoriasi dan menyediakan media yang lengket untuk melekatkan bahan feses bersama-sama. Lebih lanjut, mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktivitas bakteri yang berlangsung di feses dan sifat basa menyediakan sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk dalam tinja tidak menyerang dinding usus. 

Anatomi Sistem Pencernaan

Secara anatomis, sistem pencernaan terdiri atas saluran gastrointestinal dan organ-organ pencernaan aksesoris. Organ dari saluran gastrointestinal adalah rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Organ aksesoris pencernaan adalah gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas. Sebelum masuk ke dalam organ-organ tersebut, akan dibahas terlebih dahulu membran serosa yang melapisi sebagian besar organ pencernaan.

Membran Serosa
Organ-organ pencernaan di daerah abdominopelvis dilapisi oleh membran serosa yang meliputi rongga pada batang tubuh dan melapisinya. Membran serosa tersusun oleh jaringan epitel skuamosa selapis yang diperkuat oleh jaringan penyokong. Membran serosa menghasilkan cairan serosa yang melubrikasi organ-organ yang dilapisi. Membran serosa terdiri dari dua bagian, yaitu bagian parietal yang bersinggungan dengan dinding tubuh dan bagian visceral yang bersinggungan dengan organ-organ dalam. Membran serosa yang melapisi rongga abdominal disebut peritoneum.
Peritoneum parietal melapisi dinding rongga abdominal dan pada bagian posterior rongga abdomen membentuk pelipatan berlapis dua yang disebut mesenterium, yang berfungsi menahan saluran pencernaan sambil memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik serta sebagai jalur persarafan dan pembuluh darah. Mesocolon adalah bagian dari mesenterium yang menyokong usus besar. Sementara, peritoneum viseral melapisi organ pencernaan. Rongga peritoneal merupakan ruang di antara peritoneum parietal dan visceral. Beberapa organ pencernaan berada posterior dari peritoneum parietal, sehingga disebut retroperitoneal, yang terdiri dari pankreas, ginjal, sebagian duodenum dan kolon, serta aorta abdominal.
Ligamentum Falciformis, membran serosa yang didukung oleh jaringan penyokong menyambungkan hati ke diafragma dan dinding abdomen anterior. Omentum majus memanjang dari kurvatura mayor lambung ke kolon transversum, membentuk struktur yang menutupi hampir seluruh usus halus. Fungsi dari omentum majus ini adalah adalah menyimpan lemak, sebagai bantalan organ, menyokong nadus limfa, dan membatasi penyebaran infeksi. Pada inflamasi terlokalisir. Omentum ini mencegah penyebarannya terhadap rongga peritoneal lainnya. Omentum minus berawal dari kurvatura minor lambung dan duodenum atas sampai permukaan inferior hati.
Masih bingung? Intinya sih yang ngebungkus rongga abdomen itu adalah peritoneum parietal, yang nempel ke dinding abdomen. Nah, di daerah posterior(punggung), dia kayak menjulur ngeluarin perpanjangan ke dalam yang namanya mesenterium. Mesenterium ini memanjang sampe ke organ-organ intraperitoneal, dan begitu dia menyentuh organ, dia menyelubungi organ tersebut, dan selubung tersebut namanya peritoneum visceral. Kalo salah, coba diklarifikasi deh. Skemanya gini:


Rongga Mulut & Faring
Fungsi dari mulut dan struktur yang berasosiasi dengan mulut adalah sebagai penerima pertama makanan, yang memulai pencernaan melalui proses mastikasi, kemudian menelan. Mulut, yang disebut juga oral cavity/rongga mulut dibentuk oleh pipi, bibir, palatum durum, dan palatum molle. Bagian vestibula dari rongga mulut merupakan struktur cekungan diantara pipi dan bibir dengan gigi dan gusi. Bukaan dari rongga mulut disebut juga orifisia oris (oral orifice), dan bukaan antara rongga mulut dengan faring disebut fauces.

Lidah
Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat mastikasi dan membantu dalam proses menelan. Lidah berupa otot rangka yang diselubungi oleh membran mukosa. Otot ekstrinsik lidah menggerakkan lidah dari sisi-ke-sisi dan keluar-masuk. Dua per tiga bagian lidah berada di rongga mulut, sementara sepertiganya berada di faring, melekat dengan tulang hioid. Tonsila lingualis berada pada permukaan superior dari pangkal lidah, dan bagian inferior lidah berhubungan dengan garis tengah dari dasar mulut dengan frenulum lingualis. Pada permukaan lidah terdapat papilla yang memberikan permukaan kasar pada lidah yang membantu pergerakan makanan dan sebagian memiliki kuncup pengecap.

Gigi
Terdapat 4 jenis gigi, yaitu gigi seri/incisors, gigi taring/canines, dan gigi geraham premolar dan molar. Gigi geraham memiliki permukaan buccal yang bersinggungan dengan pipi, sementara gigi seri dan gigi taring memiliki permukaan labial yang bersinggungan dengan bibir. Semua gigi memiliki permukaan lingual yang bersinggungan dengan lidah.

Kelenjar Saliva
Kelanjar saliva merupakan kelenjar pencernaan aksesoris yang menghasilkan saliva. Banyak kelenjar-kelenjar saliva minor yang berlokasi di membran mukosa daerah palatum di dalam rongga mulut, akan tetapi terdapat 3 pasang kelenjar saliva di luar rongga mulut yang memproduksi sebagian besar dari saliva yang dialirkan ke rongga mulut melalui saluran tertentu. Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar, yang berada di bagian depan-bawah dari daun telinga, di antara kulit dan otot masseter. Saliva yang diproduksi kelenjar ini dialirkan melalui duktus parotid(Stensen’s) yang keluar di rongga mulut berhadapan dengan gigi molar atas kedua. Kelenjar submandibular berada di bawah mandibula, di sisi dalam dari rahang, ditutupi otot mylohioid. Saliva dari kelenjar ini dialirkan melalui duktus submandibularis (Wharton’s), yang keluar di dasar mulut di bagian lateral dari frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis berada di bawah membran mukosa dari bagian dasar mulut, dangan saliva yang dikeluarkan melalui duktus sublingual (Rivinus’ duct) yang keluar di dasar mulut pada area posterior dari papilla ductus submandibularis.

Esofagus
Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan faring dengan lambung. Esofagus merupakan organ berbentuk tabung yang memiliki panjang kurang lebih 25 cm, berawal dari laring di vertebra servikal VI dan berada posterior dari trakea. Esofagus berada di dalam mediastinum dari toraks dan melewati diafragma melalui suatu lubang, yaitu esophageal hiatus menuju lambung. Esofagus dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis tanpa lapisan tanduk. Sepertiga bagian superiornya terdiri dari otot rangka, sepertiga tengah merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos, dan sepertiga bawahn ya hanya dibentuk oleh otot polos. Pada persambungan antara lambung dan esofagus terdapat gastroesophageal sphincter, yang merupakan penebalan dari serat otot sirkular. Setelah makanan atau cairan masuk ke lambung, sphincter tersebut menyempit untuk mencegah isi perut mengalami regurgitasi kembali ke dalam esofagus akibat tekanan pada daerah toraks lebih rendah dibanding tekanan pada abdomen sebagai hasil dari paru-paru yang terisi udara. Berdasarkan posisinya, esofagus terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pars servikalis, pars torakalis, dan pars abdominalis. Esofagus mengalami empat penyempitan: (1) pada trakea dan saraf laring, 15 cm dari gigi seri, (2) lengkung Aorta, 22 cm dari gigi seri, (3) Bronkus kiri, 27 cm dari gigi seri, (4) pada diafrgama, pada hiatus esofagus, 37 cm dari gigi seri.

Lambung
Lambung merupakan organ pada sistem GI yang memiliki kemampuan meregang paling tinggi, yang berada di regio hipokondria sinistra, epigastrikum, dan umbilikalis, tepat di bawah diafragma. Berbentuk seperti huruf J saat kosong, lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan yang akan dicerna sementara makanan tersebut dicampur dengan sekret dari lambung untuk menjadi chyme, yang akan bergerak menuju usus halus. Lambung dibagi menjadi empat bagian, yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Cardia merupakan bagian atas yang langsung berhubungan dengan esofagus, tepat di bawah sphincter esofagus. Fundus merupakan bagian kubah di daerah sinistra yang langsung bersentuhan dengan diafragma. Corpus merupakan bagian tengah dari lambung yang berukuran paling besar, sementara pylorus merupakan bagian berbentuk saluran/cerobong pada bagian ujung dari lambung. Sphincter pylorus merupakan otot sirkular yang termodifikasi pada ujung pylorus yang bersambungan dengan usus halus. Persambungan ini mengatur pergerakan chyme menuju usus halus dan menghambat aliran balik ke arah lambung. Pylorus terbagi menjadi bagian antrum, canal, dan sphincter.
Lambung memiliki dua permukaan dan dua batas. Bagian permukaan terbagi menjadi permukaan anterior dan posterior. Batas medial yang berbentuk konkaf merupakan kurvatura minor, yan di bagian tersebut juga terdapat magenstrasse waldeyer, yang merupakan jalur khusus untuk air, sementara batas lateral yang berbentuk konveks disebut kurvatura mayor. Omentum minor membentang di antara kurvatura minor dengan hati, sementara omentum mayor melekat pada kurvatura mayor.

Usus Halus/ Intestinum Tenue
Usus halus merupakan bagian dari saluran GI di antara sphincter pylorus lambung dan katup ileocecal yang membuka ke usus besar. Usus halus berada di bagian tengah dan bawah dari rongga abdominal dan disokong oleh mesenterium, kecuali bagian awalnya. Mesenterium tersebut berfungsi untuk memberikan kemampuan bagi usus untuk bergerak namun mencegah usus menjadi terpilin atau bengkok. Di dalam mesenterium terdapat pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfa. Usus halus pada manusia hidup memiliki panjang kurang lebih 3m dengan diameter 2,4 cm, akan tetapi panjangnya akan menjadi dua kali lipat pada kadaver, dimana muskularis externanya mengalami relaksasi. Usus halus merupakan organ pencernaan utama dan daerah utama penyerapan nutrisi. Usus halus dipersarafi oleh pleksus mesenteria superior, diperdarahi oleh arteri mesenteria superior dan cabang-cabang dari arteri celiaca dan arteri mesenteria inferior, dan memiliki sistem drainase melalui vena mesenterika superior. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian:
1. Duodenum
Berbentuk C, dengan ukuran 25 cm, dari sphincter pylorus sampai fleksura duodenojejunum. Terkecuali sebagian kecil yang menempel dengan lambung, duodenum merupakan organ retroperitoneal. Bagian konkafnya yang menghadap sinistra menerima sekresi empedu dari hati dan kandung empedu melalui duktus koledokus dan sekresi pankreas melalui duktus pankreatikus major. Dua saluran ini menyatu membentuk jalan masuk ke duodenum yang disebut hepatopancreatic ampulla (ampulla Vater), yang menembus dinding duodenum, yang keluar di duodenum pada duodenal papilla. Di sanalah empedu dan enzim pankreas masuk ke dalam usus halus. Papilla duodenal dapat dibuka-tutup oleh sphincter ampulla (Oddi).
2. Jejunum
Merupakan terusan duodenum ke ileum, memiliki panjang 1 m dengan lumen yang lebih besar dan pelipatan internal yang lebih banyak dibandingkan ileum.
3. Ileum
Berukuran panjang 2 m, ujung terminal dari ileum mengarah ke bagian medial dari sekum melalui katup ileocecal. Pada ileum juga banyak ditemui Peyer’s patch. Perbedaan lainnya adalah mesenterium dari ileum memiliki vasa arcades yang lebih banyak dibanding jejunum disertai dengan vasa recta yang pendek.

Usus Besar/ Intestinum Crassum
Usus besar berukuran panjang 1,5 m dengan diameter 6,5 cm. Usus besar berawal dari ujung ileum di bagian kanan bawah dari abdomen, memanjang ke superior tepat di bawah liver, kemudian memotong ke kiri, turun menuju pelvis, dan berhenti pada anus. Bagian dari mesenterium, yaitu mesokolon menahan bagian transversum dari usus besar pada dinding abdomen posterior. Usus besar memiliki fungsi pencernaan yang tidak terlalu besar selain menyerap air dan elektrolit dari chyme yang tersisa dan membentuk, menyimpan, serta mengeluarkan feses.
Usus besar dibagi menjadi caecum, colon, rectum, dan anal canal. Caecum atau sekum merupakan kantong yang berada sedikit di bawah katup ileocecal yang merupakan pelipatan membran mukosa pada persambungan antara usus kecil dan usus besar yang berfungsi untuk mencegah aliran balik dari chyme. Appendiks , suatu struktur yang berupa proyeksi mirip jari menempel pada batas inferior medial dari sekum. Appendiks yang berukuran 8 cm mengandung jaringan limfa yang banyak, yang dapat berfungsi untuk melawan infeksi.
Bagian superior dari dari sekum berlanjut menjadi colon, yang terdiri dari kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid. Kolon asendens memanjang ke arah superior dari sekum di sepanjang dinding abdomen kanan menuju permukaan inferior hati. Kolon pada daerah ini membengkok tajam ke arah sinistra membentuk fleksura hepatika/ fleksura colic dekstra dan berlanjut melewati rongga abdomen atas sebagai kolon transversum. Pada bagian kiri rongga abdomen, kolon membengkok kembali, yang disebut fleksura splenic/ fleksura kolik sinistra, yang menandakan perubahan menjadi kolon desendens. Dari fleksura splenik, kolon desendens memanjang menuju inferior sepanjang dinding abdomen kiri ke regio pelvis. Kolon kemudian berbelok ke arah medial dari pinggir pelvis membentuk lekukan berbentuk S, yang disebut kolon sigmoid.
Ujung terminal 20 cm dari saluran GI adalah rektum, dengan 2-3 cm dari rektum merupakan canalis analis. Rectum berada pada anterior dari sacrum, dan terikat kuat dengan peritoneum. Anus merupakan bukaan keluar dari canalis analis. Dua otot sphincter menjaga bukaan anus, yaitu internal anal sphincter yang merupakan otot polos dan external anal sphincter yang merupakan otot rangka. Membran mukosa dari canalis analis tersusun dalam pelipatan longituinal yang memiliki vaskularisasi yang tinggi, yaitu kolum anal.

Liver/ Hati
Hati merupakan organ dalam terbesar dengan berat 1,3 kg pada orang dewasa. Hati berada tepat di bawah diafragma, di regio epigastrikum dan hipkondriak dekstra. Hati berwarna merah-kecoklatan akibat banyaknya vaskularisasi. Hati memiliki 4 lobus dan dua ligamen penyokong. Di bagian anterior, lobus dekstra dipisahkan dari lobus sinistra oleh ligamentum falciformis yang menyambungkan hati ke dinding anterior abdomen. Di bagian inferior, lobus caudatus terletak di dekat vena kava inferior, sementara lobus quadratus terletak bersebelahan dengan kandung empedu. Ligamentum teres, yang merupakan sisa-sisa dari vena umbilikalis memanjang dari ligamentum falciformis ke umbilikus. Ligamentum triangular dan ligamentum koronaria menempelkan hati ke diafragma, sementara ligamentum hepatogastrikum dan hepatodeodenum masing-masing menempelkan hati ke lambung dan duodenum.

Kandung Empedu/ Vesika Felea
Kandung empedu merupakan organ seperti kantung yang menempel pada permukaan inferior dari hati. Organ ini menyimpan dan mengonsentrasikan empedu. Sebuah katup sphincter pada pangkal leher kandung empedu memungkinkan pemyimpanan empedu sekitar 35-50 ml. Lapisan mukosa bagian dalam kandung empedu memiliki pelipatan yang mirip dengan gastric folds pada lambung. Saat kandung empedu terisi oleh cairan empedu, ukuran den bentuknya mengembang seperti buah pir kecil. Empedu secara kontinu diproduksi oleh hati dan keluar melalui duktus hepatikus ke duktus koledokus menuju duodenum. Saat usus halus kosong, sphincter ampulla menyempit dan empedu akan masuk lewat duktus cystikus ke kandung empedu untuk disimpan. Kandung empedu diperdarahi oleh arteri sistikus yang merupakan cabang arteri hepatika dekstra, dengan sistem drainase lewat vena sistikus yang mengarah ke vena porta hepatika.

Pankreas
Pankreas disebut juga kelenjar campuran/mixed glands karena memiliki baik fungsi eksokrin maupun endokrin. Fungsi endokrin dilakukan oleh sekumpulan sel yang disebut pancratic islets atau pulau Langerhans. Sel-sel ini mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas mensekresikan cairan pankreas lewat duktus pankreatikus ke duodenum. Pankreas merupakan organ retroperitoneal.

Infeksi Sistem Gastrointestinal


Mikroba Penyebab Infeksi Sistem Gastrointestinal
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan infeksi pada system gastrointestinal:
1. Gastroenteritis, sindrom yang ditandai dengan gejalan seperti, mual, muntah, diare dan rasa tidak nyaman pada perut
2. Diare, biasnya dihasilkan oleh penyakit yang terjadi di usus halus termasuk peningkatan cairan dan hilangnya elektrolit
3. Disentri, gangguan inflamasi dari GI tract, sering dihubungkan dengan adanya darah ataupun pus pada feces dan disertai gejala seperti nyeri, demam, kram perut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang terjadi di usus besar 
4. Enterocolitis, inflamasi yang melibatkan mukosa baik pada usus besar maupun usus halus
Adanya gangguan GI tract yang disebabkan oleh mikrobadipengaruhi oleh beberapa fakt or :
1. Faktor Host
a. Species, genotip, usia
b. Kebersihan diri
c. Keasaman lambung pH (<4) dan barier fisik seperti integritas mukosa dan mucus 
d. Motilitas usus, yang menentukan distribusi mikroflora
 e. Mikroflora sebagai flora normal 
f. Imunitas intestinal, termasuk IgA yang menghambat attachment mikroba pada sel epitel (tidak membunuh) 
g. Faktor protektif lainnya seperti lactoferin dan lisozim (pada mulut, membunuh bakteri dengan menghancurkan dinding selnya) 

2. Faktor mikroba
 a. Toxin, seperti neurotoxins pada botulinum, staphylococcal superantigen toxin, enterotoxins pada ETEC, V.cholerae dan cytotoxins pada Shiga toxin, C.difficile
 b. Attachment, yakni kemampuan mikroba untuk menempel dan berkolonisasi pada mukosa, walaupun tidak semua mikroba mikroba menggunakan attachment ini 
c. Invasi, ke dalam sel
 d. Motilitas, kemotaksis dan produksi mucinase. intinya bahwa pathogen atau toxin dari pathogen tersebut masuk ke dalam saluran gastrointestinal dapat melalui berbagai macam hal seperti makanan, cairan ataupun jari-jari yang tercemari oleh feces manusia atau hewan yang mengandung pathogen atau toxinnya, yang kemudian masuk ke saluran gastrointestinal mencapai usus. Di usus mikroba dapat bermultiplikasi dan memproduksi toxin hanya di saluran cerna yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya diare atau mikroba / toxinnya terserap sehingga menyebar melalui peredaran darah menyebabkan gejala infeksi sistemik seperti demam. Akhirnya pathogen diekskresikan melalui feces.

 Berbagai kerusakan dapat terjadi akibat infeksi mikroba pada saluran gastrointestinal di antaranya:
 • Aksi farmakologis dari toxin bakteri, dapat mengakibatkan infeksi local atau menyebar menuju situs yang jauh 
• Menimbulkan inflamasi local sebagai respon invasi mikroba yang bersifat superficial (shigellosis, amebiasis) 
• Penyebaran menuju tempat lain dalam tubuh melalui peredaran darah atau sitem limfatik seperti hepatitis A, enteric fever.
 • Perforasi (luka) pada epitel mukosa setelah infeksi, operasi atau trauma tertentu Beberapa mikroba yang menyebabkan infeksi pada GI tract: 1. Helicobacter pylori, 
• merupakan bakteri gram negative, berbentuk spiral dan bersifat motile,berkolonisasi pada lambung dan usus halus. Contoh lainnya pada manusia: H.cinaedi, H.fennelliae, H.canadensis 
• Berkaitan dengan beberapa penyakit seperti gastritis, peptic ulcer, gastric adenocarcinoma, gastric MALT B-cell lymphomas, proctitis, proctocolitis, dan enteritis
 • Mikroba ini dapat berkolonisasi dengan memiliki kemampuan untuk menetralisasi asam lambung dengan menghasilkan ammonia oleh aktivitas uresae bakteri, yang kerjanya dapat diperkuat dengan adanya Heat shock protein (HspB). Kerusakan jaringan yang bersifat local dapat disebabkan oleh produk-produk dari urease seperti mucinase, phospholipases, vacuolating cytotoxin. 
• Selain itu, bakteri ini dapat menghindar dan melindungi diri dari fagositosis dan penghancur intraseluler dengan menghasilkan superoxide dismutase dan catalase.
 • Dapat didiagnosis melalui: o Mikroskopik, menggunakan specimen dari biopsy gastric dengan endoskopi, dan pewarnaan gram, hematoxylin-eosin, Warthin-Starry silver o Tes urease, menggunakan specimen dari biopsy gastric, dan deteksi alkali o Kultur specimen biopsy gastric o Serologi (polyclonal enzyme immunoassay), dan antibody melalui ELISA Diare Adalah pengeluaran tinja berair berkali-kali dan tidak normal.

 Terjadinya diare menunjukkan adanya pergerakan yang cepat dari materi tinja di sepanjang usus besar. Pada diare infeksius umum, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal dari ileum. Dimanapun terjadi infeksi mukosa teriritasi secara luas dan kecepatan sekresinya sangat tinggi akibatnya motilitas dinding usus bertambah kecepatannya berkali-kali lipat. Mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare dapat dilihat pada slide 11. Diagnosis penyebab diare dapat dilihat pada skema berikut: Pada bagian history terdapat pertanyaan mengenai sex experience karena kebanyakan pasien HIV datang dengan gejala diare