Selasa, 30 November 2010

pengalaman ku di peringatan hari AIDS 2010

1 Desember 2010

hari ini gak nyangka dapat pengalaman yang benar - benar LUAR BIASA.  awalnya MALAS waktu diajakin teman buat bagi - bagi flayer tentang AIDS, bukan karena bosan ataupun gak suka tapi karna mikirin SLIDE KULIAH (padahal dibaca juga gak heheh) tapi karna temanku terssyan punya JURUS MERAYU yang aq sendiri gak tau dia belajar dari mana akhirnya aq ikutan buat bagi - bagi flayer.

kebetulan hari ini juga di peringati sebagai hari AIDS, makanya pada banyak yang ngadain seminar tentang AIDS ke sekolah - sekolah mengah atas, bagi - bagi flayer dan pita merah
Btw, tau gak kenapa PITA MERAH dijadikan lambang untuk AIDS??
Pita Merah dimaksudkan agar menjadi lambang pengharapan agar pencarian vaksin dan obat untuk menghentikan penderitaan ODHA berhasil. Pita Merah juga menawarkan dukungan simbolis. Dukungan untuk ODHA, untuk terus mendidik mereka yang tidak terinfeksi, untuk upaya maksimal dalam menemukan pengobatan, serta untuk mereka yang telah kehilangan teman, anggota keluarga, atau orang yang dicintai karena AIDS. 
ok lanjut cerita...
Nah, awal kegiatan kita ngadain seminar singkat di salah satu sekolah negri menengah atas tentang AIDS, baru setelah itu kita bagi - bagi flayer di salah satu jalan utama di kota MEDAN. Nah, disini nie mulai pengalaman serunya. 
Kita bagi - bagi flayer ke jalan raya, tapi saat lampu merah plus pita merah kjuga kita kasi. gak lama ada mobil CRV Hitam yang berhenti gak jauh dari temapt kita ngumpul, si pemilik mobil turun dan nyamperin kita, aq jelas kaget karna aq yang ngasi flayer ke pemilik CRV itu, aq fikir dia mau marah atau apalah githu. TERNYATA dia nawarin diri buat ikutan bagi flayer bareng kita, nah setelah semua flayer habis kita istirahat nah di moment itu aq nanya ke dia kenapa dia mau ikutan bagi flayer sama kita.
oh ya lupa nama nya AJI (cuma panggilan), aji tertarik ikutan kita bagi flayer karna dia ternyata seorang ODHA. Oh god, gak tau lah bumi akau mau di letakkin di mana saat ngedegar AJI dengan mudah dan gak ada rasa malu mengakui kalau dirinya ODHA. mungkin kalau orng yang cuma ngeliat dan sekedar kenal AJI gak akan tau kalau dia seorang penderita ODHA, badannya aja badan cowok yang rajin olahraga.
AJI udah 2 tahun menyandang sebagai predikat ODHA, dia dulunya pengguna NAPZA, dan dia tertular AIDS karena tukaran jarum suntik, dia tau kalau dia ODHA saat dia masuk rumah sakit karena over dosis, untungnya saat orang tua AJI tau kalau anaknya positif menderita AIDS, orang tuanya tidak meninggalkannya tapi justru menyemangatinya walau sebenarnya aji merasa bersalah karna dia sendiri adalah anak tunggal.
aji bukan orang medan dia berasal dari TANGGERANG, dia memilih seklah di luar kota sebenarnya karna ingin jauh dari teman - temannya yang sudah menjerumuskannya. untungnya aji gak larut dalam masalahnya. di medan dia kuliah di salah satu universitas swasta dan di juga memiliki nilai akademis yang lumayanlah. 

sumpah ya, waktu ketemua aji plus dengar ceritanya, aq benar - benar jadi orang yang KECIL. aq yang dalam keadaan sehat wal afiata aja masih malas belajar, masih suka terpurk dalam masalah. 
hari ini 1 DESEMBER 2010, benar2 luar biasa. udah 3 tahun terakhir aq ikutan ngerayain hari AIDS tapi belum pernah ketemu lahgsung sama ODHA, tapi hari ini berbeda. Tiba - tiba aja ALLAH mempertemukan aq dengan aji. makasi ya ALLAH buat pengalaman hari ini.  

AQ JANJI GAK AKAN TERPURUK KARNA SATU MASALAH KECIL KARNA AQ INGIN MENJADI AJI DAN AQ HARAP AKAN TUMBUH AJI2 YANG LAIN

Selamat HARI AIDS 2010, Sayangi dan Peduli terhadap mereka, jangan JAUHI mereka :)

Senin, 15 November 2010

SEBUAH SURAT UNTUK DOKTER DAN MAHASISWA KEDOKTERAN



Rekan sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…


NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.

Jumat, 12 November 2010

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).
Anatomi Telinga Luar
telinga
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Anatomi Telinga Tengah
telinga-tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
Keseimbangan dan Pusing
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.
Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.
pusing
sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan oleh pasien.
Vertigo
didefinisikan sebagaihalusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan seseorang yang dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika te disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer (telinga dalam).
Ataksia
adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit vestibuler. Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo, juga merupakan karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit sistem kardiovaskuler.
Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat
Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang
. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.
Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
Kehilangan konduktif
biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
kehilangan sensoris
melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan pendengaran. Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau dengan alat bantu dengar dan memandu pasien ke pusat pelayanan.
Pendekatan Psikososial
Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan tingkat ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah karena ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng, dengungan, suara burung berkicau, atau kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mere¬ka yang pertama kali mengenali adanya gangguan ter-sebut.
Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang percaya diri bila mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan introspeksi diri biasanya akan menanyakan kepada orang yang diajaknya berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien yang memerlukan bantuan pendengaran. Perawat harus ingat bahwa keputusan mengenakan alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut.
Pendekatan Gerontologik
Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat mengarah ke defisit pende¬ngaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga kecuali bila serumen cenderung menjadi lebih keras danj lebih kering sehingga terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah presbikusis dipakai untuk menerangkanl kehilangan pendengaran yang progresif. Namu presbikusis merupakan diagnosis eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus dah disingkirkan.
Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65
  • tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran. Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres, dan keturunan tidak konsisten.
 Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin),
 Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran.
 Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineural.
Gejala Kehilangan Pendengaran
Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa tak aman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengar¬an. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh.
Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal
Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan
Kabanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran
Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan, mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan.
(Seizin Maico Hearing Instruments.)
Kebisingan dan Efeknya pada Pendengaran
Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari) telah diidentifikasi sebagai salah satu bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita setiap hari telah meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya kerusakan fisik dan psikologis.
 Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi pembuluh darah perifer,
 peningkatan tekanan darah dan
 kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),
 dan peningkatan aktivitas gas¬trointestinal
Mekanisme yang paling sering adalah kehi¬langan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan. Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebi¬singan digunakan untuk menjelaskan kehilangan pende¬ngaran yang terjadi setelah pemajanan jangka lama terha¬dap kebisingan keras {mis. mesin-mesin berat, motor dan persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada kehilangan pendengaran akibat pemajanan tunggal terha¬dap kebisingan yang sangat intens, seperti ledakan. Biasanya kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz), meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekwensi di sekitarnya
Pengkajian Kemampuan Mendengar
Pemeriksaan Telinga .
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic
Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
 deformitas, lesi,
 cairan begitu pula ukuran,
 simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
 Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani.
 Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.
GAMBAR 57-2. Teknik untuk menggunakan otoskop.
otoskop
 Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
 Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.
 Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.
 Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
 Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.
Ketajaman Auditorius.
 Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan
 bisikan kata atau detakan jam tangan.
 Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
 pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.
Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiome¬ter adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya), dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.
audiogram
Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi dari
 20 sam¬pai 20.000Hz.
 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan
 frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.
 Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh internsitas suara yang biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara ya terdengar tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau audiometri impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup)
Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf,
seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Mniere dan fistula perilimfe.
Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.
Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan, posisional atau kaloris. Digu¬nakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum pengujian.
ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seper¬ti panggung bergerak dengan layar bergerak.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel di mana suara masih terdengar.
pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal har¬monic acceleration), atau kursi berputar, mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien sama dengan yang diperlukan pada EN
Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran
Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran yang wicaranya sulit dipahami.
1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan dengarkanjangan IM-coba melakukan pekerjaan lain sementara menJe ngarkannya.
2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.
3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-kan pesan yang ingin disampaikannya daripada meng-ambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu anda mem-biasakan diri dengan pola wicaranya.
Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:
1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.
3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang tersebut menggunakan petunjuk konteks-tual dalam membaca gerak bibir.
4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda berbicara normal.
5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan pengecekan untuk meya-kinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.
6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasarTapapun (misalnya memakai masker) dan anda wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasipn, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

Gangguan Telinga Luar

Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.
Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.
Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.
Penatalaksanaan.
Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila riwayat perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna), irigasi lembut kan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen.
Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi ha bisa dicapai bila aliran air dapat mencapai bela serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari kanalis. Meskipun irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan den perforasi membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih serius. Maka harus digunakan tekanan serdah mungkin yang digunakan untuk mencegah trail mekanik.
Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi serumen, air dapat mema ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke da telinga tengah dapat mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis semi sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga teli tengah dapat juga meningkatkan risiko infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis eksterna: na (osteomielitis tulang temporal) pada manula pende diabetes. Bila harus melakukan irigasi aural pada penderita diabetes, harus digunakan larutan steril. Bila irigasi ti berhasil sempurna atau bila impaksi serumen tidak purna, maka dapat dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien yang koope-ratif oleh tenaga profesional yang terlatih.
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat, minyak mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum pengangkatan. Bahan seruminolitik, seper-ti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex juga tersedia; namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan im-paksi. Bila impaksi serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran.Benda Asing
Otitis Eksterna
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme ke jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin. Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau organisme lain seperti difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah Staphy-lococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan.
Manifestasi Klinis.
Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan aural (biasanya tak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam, selulitis, dan limfadenopati. Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan pendengaran atau perasaan penuh. Pada pemeriksaan otoskopis kanalis telinga nampak eritema dan edema. Cairan berwarna taming atau hijau dan berbau busuk. Pada infeksi jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti rambut.
Penatalaksanaan. Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketldaknyamanan, mengurangi pembeng-kakan kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak jarang pasien mendapat resep analgetik selama 48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di kanalis eksternus meng-alami edema, perlu dipasang sumbu untuk menjaga ka¬nalis tetap terbuka sehingga cairan obat (mis. larutan Burow, sediaan antibiotika telinga) dapat dimasukkan). Obat tersebut dapat diberikan dengan penetes dengan suhu ruangan. Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotika dan kortikosteroid untuk melemaskan jaringan yang terinflamasi. Jika terdapat selulitis atau demam, maka perlu diberikan antibiotika sistemik. Bahan anti-jamur dapat diberikan bila perlu.
Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius eksternus menggunakan lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau memasukkan air ke dalam telinga ketika mencuci rambut atau mandi. Wool kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air (seperti vaselin) dan diletakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis

Kamis, 11 November 2010

DIARE


DEFINISI DAN KLASIFIKASI DIARE

Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari (WHO). Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.6

Klasifiksasi

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1.      Lama Waktu Diare
    1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidliness 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
    2. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih cepat.
    3. Diare persisten, merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari)

2.      Mekanisme Patofisiologik
a.       Diare osmotik dimana terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus
    1. Diare sekretorik dimana terjadi peningkatan sekresi cairan usus
    2. Malabsorpsi asam empedu, malabsorbsi lemak mengakibatkan terjadi gangguan pembentukan misel empedu
    3. Defek sistem pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di eritrosit sehingga terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif (pada Na+K+ATPase) di eritrosit, gangguan absorbsi Na+ dan air
    4. Motilitas dan waktu transit usus abnormal, terjadi motilitas yang lebih cepat, tak teratur sehingga isi usus tidak sembat di absorbsi
    5. Gangguan permeabilitas usus terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam/elektrolit terganggu
    6. Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan misalnya terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus

3.      Berat Ringan Diare
    1. Diare ringan, apabila diare terjadi  ≤ 1x / 2 jam atau  ≤ 5 mL / KgBB / jam
    2. Diare berat, apabila diare terjadi  > 1x / 2 jam atau  >  5 mL / KgBB / jam

  1. Etiologi Infeksi
    1. Diare infektif jika diare disebabkan oleh patogen yang menginfeksi usus
    2. Diare noninfektif jika diare bukan disebabkan oleh infeksi



  1. Etiologi Kelainan Organik
    1. Diare organik ditujukan pada diare yang jelas ditemukan adanya kelainan anatomik, bakteriologik, hormonal, toksikologik, histologi atau biokimia usus
    2. Diare fungsional ditujukan pada diare karena kelainan idiopatik, diet, gangguan motilitas, dan tidak ditemukan kelainan organik.

 ETIOLOGI DIARE AKUT
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, dan virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dan lain-lain (tabel 1)
Menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidliness 2005, etiologi diare akut dibagi menjadi empat penyebab : bakteri, virus, parasit, dan noninfeksi
Etiologi  Diare
Agen Penyebab
Ket.
Infeksi Enteral
Bakteri
Shigella sp., E. coli patogen, Salmonella sp., Vibrio cholerae, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V. Parahaemoliticus, V.NAG., Staphilococcus aureus, Streptococcus Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dll
Virus
Rotavirus, adenovirus, Norwalk virus, Norwark like virus, cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV
Parasit
Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia,Cryptosporidium parvum, Balantidium coli (protozoa))
A. lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, S. stercoralis, cestodiasis, dll
Jamur
 Kandida/moniliasis
Infeksi Parenteral
Ototitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea, E. Coli, Giardia lamblia, Shigella, e. Histolitica, dll
Makanan
Intoksikasi makanan
Makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan yang mengandung bakteri/toksin : Clostridium perfingens, B. Cereus, S. aureus, Streptococcus anhaemolyticus
Alergi
Susu sapi, makanan tertentu
Malabsorbsi/ maldigesti
Karbohidrat : monosakarida (glukosa, galaktosa, laktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak : rantai panjang trigliserida, protein : asam amino tertentu, celiacsprue, gluten malabsorpstion, protein intolerance, cow’s milk, vitamin dan mineral
Imunodefisiensi
Hipogamaglubulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombination
Terapi obat
Antibiotik, kemoterapi, antasid, dll
Tindakan tertentu
Gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi
Lain-lain
Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik (neuropati diabetik)
Tabel 1 . Etiologi Diare Akut6
  
FAKTOR RISIKO DIARE AKUT INFEKTIF
           
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen pada anak antara lain tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungandan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita yang dapat meningkatkankecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain adalah gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir, dan faktor genetik.8
Sementara itu, keadaan risiko dan kelompok risiko yang mungkin mengalami diare infektif, antara lain :6
  1. Baru saja bepergian / melancong ke negara berkembang, daerahtropis, kelompok perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair)
  2. makanan atau keadaan makanan yang tidak biasa misalnya makanan laut dan shell fish, terutama mentah, restoran fast food, banket, dan piknik
  3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, resiko infeksi HIV, sindrom usus homoseks (GayBowel Syndrome), dan AIDS
  4. Baru saja menggunakan obat anti mikroba pada institusi kejiwaan/mental, rumah perawatan, atau rumah sakit

PATOGENESIS DIARE AKUT INFEKTIF

Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor panjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas :

Diare karena Bakteri Non Invasive (Enterotoksigenik)
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal nya V. Cholera eltor, Enterotoxigenic E. coli (ETEC) dan C. perfingens. V. cholerae eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotanamid adenosin 3’,5’- siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. Toksin penyebab diare terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca ++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktus dan fungsi tight juction, menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorbsi yaitu cytoskleton dan perubahan susunan protein

Diare karena Bakteri/Parasit Invasive (Enteroinvasif)
Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enteroinvasive E. coli (EIEC),  Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfingens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Walau demikian infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi ebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S. Paratyphi B, Styphirium, S. enterriditis, S. choleraesuis. Penyebab parasit yang sering adalah E. histolitica, dan G. lamblia.

Diare karena Infeksi Virus
Patogenesis terjadinya diare disebabkan virus yaitu virus yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini akan menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak diserap/tercerna kan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.8

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut, sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul). Bila terjasi renjatan hipovolemik berat maka dengyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur, ujung-ujung ektermitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut. Secara klinis diare karena infeksu akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama, koleriform dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentri form, pada diare yang didapatkan lendir yang kental dan kadang-kadang darah.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lamanya sakit diare, frekuensi, volumenya, konsistensi tinja, , warna, baunya, ada tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah : volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti BAK, batuk, pilek, ototits media, campak.Pada pemeriksasn fisik perlu diperiksa berat badan,    Frekuensi Denyut jantung, suhu, Frekuensi Pernapasan ,Tekanan Darah, Tanda Dehidrasi,dan Kualitas bunyi usus
Penentuan derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice king, kriteria MMWR, dan lain-lain.

Derajat dehidrasi berdasarkan defisit berat badan:
    • Dehidrasi ringan: defisit 2½ – 5 %
    • Dehidrasi sedang : defisit 5 – 10 %
    • Dehidrasi berat: defisit > 10 %

Derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King

Bagian tubuh yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0
1
2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng, apatis, mengantuk
Mengigau, koma, atau syok
Kekenyalan kulit
Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Mulut
Normal
Kering
Kering dan sianosis
Denyut nadi/menit
Kuat > 120
Sedang (120 -140)
> 140

Derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King
*      Skor 0 – 2 : dehidrasi ringan
*      Skor 3 – 6 : dehidrasi sedang
*      Skor >7     : dehidrasi berat

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine, dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih pemeriksaan serum elektrolit darah, analisis gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika, pemeriksaan Ureum dan kreatinin urine, pemeriksaaan tinja secara Makroskopis, mikroskopis, biakan kuman, tes resistensi terhadap antibiotika, pH dan kadar gula jika diduga ad intoleransi laktosa.

PERBEDAAN DIARE PADA ANAK DAN DEWASA

Tidak banyak dijumpai perbedaan antara diare pada anak dan dewasa. Baik diare pada anak maupun dewasa menimbulkan manifestasi klinis yang sama berupa peningkatan frekuensi defekasi dengan konsistensi encer kadang disertai darah dan lendir, nyeri perut, dapat mengakibatkan dehidrasi atau disertai gelisah, mual, muntah, demam, penurunan nafsu makan maupun penurunan berat badan. Pada bayi, dikatakan diare jika frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali dalam sehari dengan volume tinja 5 g/ KgBB, sedangkan pada anak berusia lebih dari 3 tahun, frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sudah dikatakan diare. Pada orang dewasa dikatakan diare jika terjadi peningkatan buang air besar lebih dari 3 kali dengan volume tinja 200 gr/ 24 jam.
Dibandingkan orang dewasa, diare pada anak akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih mencolok seperti rewel atau cengeng dan perlu perhatian yang lebih intensif jika terjadi dehidrasi karena dapat mebahayakan nyawa anak sedangkan diare pada orang dewasa biasanya bukan merupakan penyakit yang berat dan bisa sembuh sendiri.


PENATALAKSANAAN DIARE AKUT INFEKTIF PADA ANAK DAN DEHIDRASI

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun  sedang dirawat di rumah sakit, yaitu :8
  1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
  2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
  3. ASI dan makanan tetap diteruskan
  4. Antibiotik selektif

Penyebab
Antibiotik pilihan
Alternatif
Kolera

Tetrasiklin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Eritromisin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Shigella
Siprofloksasin
15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari
 Amoebiasis
Metronidasol
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari ( 10 hari pada kasus berat)
Giardiasis
Metronidasol
5 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

  1. Nasihat kepada orang tua
Kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1.      Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare.
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada car penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :

a.       Pemberian ASI
b.      Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c.       Menggunakan air bersih yang cukup
d.      Membudayakan kebiasaan Mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.
e.       Menggunakan jamban keluarga
f.       Cara membuang tinja yang baik dan benar

2.      Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain :
    1. memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
    2. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makanan dalam jumlah cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
    3. Imunisasi campak

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Prinsip terapi cairan adalah Memperbaiki dinamika sirkulasi, Mengganti defisit yang terjadi, Rumatan / untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit yang sedang berlangsung. Macam-macam pemberian cairan : 6

v  Rehidrasi menurut Mogan-Watten
Dengan mengukur berat jenis plasma

v  Rehidrasi dengan metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis :

         Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x KgBB
         Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB
         Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x KgBB



Ulasan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari (WHO). Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Sumber lain mendefinisikan  Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.9
Pengertian diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Sementara itu pada orang dewasa diare akut didefinisikan sebagai diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidliness 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.8
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit, maupun virus9. Patogenesis diare yang disebabkan bakteri terbagi dua yaitu bakteri noninvasif (enterotoksigenik) dan bakteri enteroinvasif. Shigella sp. Merupakan salah satu golongan bakteri enteroinvasif sehingga diare bersifat sekretorik eksudatif disertai lendir dan darah karena Shigella menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi.
Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Menurut Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun  sedang dirawat di rumah sakit, yaitu Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua.

Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan menggangu flora normal usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.

 
DAFTAR PUSTAKA

1Lauralee Sherwood. Sistem Pencernaan. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC 2001;541.

2 Dr. R. Mulia Bangun, AAI, Prof. DR. L. Aulia, AAI, dan Prof.  Dr. A. Effendi, AAI. Abdomen. dr, Simbar Siitepu, AAI. Buku Ajar Anatomi 2  : Kepala, Leher, Thorax, Abdomen, Pelvis Edisi 4. Medan : Bagian Anatomi FK USU 2006; 22-28.

3Evelyn Pearce. Saluran Pencernaan dan Pencernaan Makanan. Evelyn Pearce Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia 2006;188-195.

4 Luis Carlos Junqueira, dan José Carnerio. Saluran cerna. Luis Carlos Junqueira, Dan José Carnerio.  Histologi Dasar : Teks Dan Atlas. Jakarta : EGC 2007;295-306.

5Glenda N. Lindseth.Gangguan Usus Halus dan Gangguan Usus Besar. Sylvia A Price, dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC 2003. 437 - 459.

6Dr.Marcellus Simadibrata K, Ph.D,Sp.PD dan Prof. DR. Dr. Daldiyono, Sp.PD.Diare Akut. DR. Dr. Aru W. Sudoyo, Sp. PD, KHOM, Dr. Bambang Sertiohadi, Sp.PD,DR. Dr. Idrus Alwi, Sp.PD, Dr. Marcellus Simadibrata K, Ph.D, Sp.PD, dan DR. Dr. Siti Setiati, MEpid, Sp.PD. Buku Ajar Ilmu Penyakit  Dalam Edisi Keempat Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia  2007; 408 - 413 .

7Larry K. Pickering dan John D. Snyder.Gastroenteritis. Waldo E. Nelson, MD, Richard E. Behrman, MD, Robert Kliegman, MD, dan Ann M.Arvin, MD. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Volume 2. Jakarta : EGC 1996; 889-893.

8Bambang Subagyo dan Nurtjahjo Budi Santoso. Diare Akut . Mohammad Juffrie,dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid I Jakarta : UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI 2010; 87-121.

9Arif Mansjor, Kuspuji Triyanti, Rakmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. Gastroenterologi : Diare Akut. Arif Mansjor, Kuspuji Triyanti, Rakmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius 2001; 500-504.