Sabtu, 09 Juni 2018

KArsinoma Recti


BAB 1
PENDAHULUAN
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak diantara tumor ganas saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rectum. Salah satu pemicu kanker rectal adalah masalah nutrisi dan kurang berolahraga. Kanker rektal merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit paling mematikan di dunia. Kanker rektal adalah kanker yang menyerang kolon dan rectum . namun, penyakit ini bukannya tidak dapat di sembuhkan. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka kemungkinan untuk sembuh mencapai 50 persen.1
Setiap waktu, kanker ini bias menyerang seseorang. Risikonya akan terus meningkat seiring denganpenambahan usia.data dari Amerika serikat dan Inggris memperlihatkan, orang yang berusia 60 samapai 80 tahun berisiko tiga kali lipat dari kelompok usia lainnya. Mereka yang memiliki riwayat peradangan saluran cerna seperti kolit usus kronis, tergolong berisiko tinggi untuk berkemang menjadi kanker kolorektal. Demikian juga dengan mereka yang memiliki riwayat penyakit kanker tersebut, risiko terkena penyakit ini bias menyerang pada kelompok usia mana pun di bawah 60 tahun. 3
Umumnya penderita dating dalam stadium lanjut, seperti kebanyakan tumor ganas lainnya, 90% diagnosis karsinoma rekti dapat di tegakkan dengan colok dubur. Sampai saat ini pembedahan adalah terapi pilihan unutuk karsinoma rekti. 1,2,3,10






BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   ANATOMI REKTUM
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa
unduhan.jpg.
Gambar 1. Anatomi Rektum
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a. mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis merupakan cabang a. iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan seterusnya melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati.
Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava. Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4,s erabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan mengatur aliran darah ke dalam jaringan.
2.2.   KARSINOMA RECTI
2.2.1.   EPIDEMIOLOGI
Diseluruh dunia di laporkan lebih dari 940.000 kasus baru dan terjadi kematian pada 500.000 kasus tiap tahunnya. Pada sebuah penelitian yang dilakuan di rumah Sakit Darmais dikatan bahwa Ca Rektal adalah penyakit yanag paliang mematikan di dunia diluar dar  kanker yang lainnya.
Di USA  Kanker Kalorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di Negara berkembang. Pada tahun 2005 diperkirakan ada 14.290 kasus baru kanker kalorektal di USA. Pada 56.300 yang dilaporkan yang berhubungan dengan kematian sekitar 8.600 adalah Kanker Rektal.
Dari seluruh pasien ca Rektal 90% berumur lebih dari 50 tahun . hanya 5 % pasien berusia kurang dari 50 tahun.

2.2.2.   ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDOPOSISI
Beberapa faktor resiko predoposisi yang mempengaruhi terjadinya kanker rektum menurut Bunner dan Suddath (2002) telah diidentifikasi sebagai berikut :
1.         Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat dalah penyebab utam . diet rendah serat dan kaya karbohidrt mengakibatkan perubahan pada flora fases dan perubahan degrdasi garam empedu atau hasil pemecahamn protein dan lemak, dimana sebagian dari zat – zat ini bersifat karsinogenik . diet rendah serat juga dapat mengakibatkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam fases yang bervolume lebih kecil.
2.         Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
3.         Polip di usus
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinidng dalam kolon atau rectum dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak tapi beberapa polip dapat menjadi kanker.
4.         Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerative atau penyakit Crohn) selama bertahun tahun memiliki resiko yang lebih besar.
5.         Riwayat keluarga
6.         Faktor gaya hidup
Orang yang merokok atau menjalani pola makan yang tinggi lemak rendah serat memiliki tingat resiko 7 kali lebihbesar.
7.         Usia diatas 50 tahun
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka denganusia lebih 50 tahun sekitar 90%


2.2.3.   PATOFISIOLOGI
Karsinogenesis dan onkogenesi nama lain dari perkembangan kanker. Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi maligna. Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat otonom dan maligna. Transformasi maligna di duga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisisi, promosi dan progresi.
Pada tahap insisi terjadi perubahan dalam bahan genetic sel yang memanving sel menjadi ganas. Perubahan ini di sebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia, virus radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan DNA yang menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan.
Panjanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi abnormal. Pada tahap promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Agen promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik dalam sel, meningkatkan sintensis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan merubah pola komunikasi antar sel.
Pada tahapan progresi adalah tahap akhir dari terbentuknya sel kanker atau karsinogenesis. Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi kini melakukan prilaku maligna. Sel-sel ini sekarang menampakkan suatu kecendrungan untuk menginvasi jaringan yang berdekatan.


2.2.4.   DIAGNOSIS DAN STAGING
Ada beberapa tes pada daerah rectum dan kolon untuk mendeteksi kanker rectal diantaranya adalah :
1.      Pemeriksaan drah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionic Antigen) dan Uji Faecal Occult Blood Test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan.
2.      Digital Rectal Examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemerikaan skrining awal. Kurang lebih 75% karsinoma rectum dapat di palpasi pada pemeriksaan rectal,pemeriksaan digital akan mengenali tumor yag terletak sekitar 10 cm dari rectum.


3.      Dapat juga dengan menggunakan barium enema yaitu cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointensinal bawah.
4.      Sigmodoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian atas dalam rectum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya.


5.      Colonoscopy yaitu sebuah proseduruntuk melihat bagian dalam rectum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau keainan lainnya. Alat colonoscopy dimasukkan melalaui rectum sampaikolom sigmoaid, polip atau sampel jaringab dapat diamil untuk biopsy.
Ketika diagnosis rectal cancer sudah dipastikan, maka dilakukan prosedur untuk menetukan stadium tumor. Hal ini termasuk computed tomography scan (CT scan) dada, abdomen, dan pelvis, complete blood count (CBC), tes fungsi hepar dan ginjal, urinanalysis, dan pengukuran tumor marker CEA (Carcinoembryonic antigen). 1,2
Tujuan dari penentuan stadium penyakit ini ialah untuk mengetahui perluasan dan lokasi tumor untuk menentukan terapi yang tepat dan menentukan prognosis. Stadium penyait pada kanker rektal hampir mirip dengan stadium pada kanker kolon. Awalnya, terdapat Duke's classification system, yang menempatkan klanker dalam 3 kategori stadium A, B dan C. sistem ini kemudian dimodofikasi oleh Astler-Coller menjadi 4 stadium (Stadium D), lalu dimodifikasi lagi tahun 1978 oleh Gunderson & Sosin. 1,2
Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV). 1,2,5
1.      Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum, yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2.      Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3.      Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4.      Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tedak menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5.      Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.
2.2.5.   PENATALAKSANAAN
1.      Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa metode yang dipakai antara lain :
a.       Transanal excision Metoda ini digunakan untuk lesi yang superfisial pada pasein dengan derajat I atau II.
b.      Low anterior resection (LAR) Metoda ini digunakan untuk lesi yang terletak di tengah atau 1 /3 atas rektum.
c.       Coloanal anastomosis
d.      Abdominal perineal resection (APR)
2.      Kemoterapi dan Radioterapi
Kemoterapi dan radioterapi biasa dilakukan pada pasien dengan stadium Dukes C untuk menurunkan tingkat rekurensi, meningkatkan tingkat keberhasilan operasi, dan memelihara keutuhan sfingter anus. Radioterapi preoperatif dapat menurunkan angka rekurensi setelah pembedahan dari 27% menjadi 11%, dan meningkatkan angka keberhasilan jangka panjang dari 48% menjadi 58%. Konsensus The US National Institutes of Health merekomendasikan kemoradioterapi preoperatif untuk semua stadium II dan III.

2.2.6.   PROGNOSIS
Angka 5 tahun keberhasilan hidup untuk pasien kanker kolorektal adalah sebagai berikut, yaitu Stage I - 72%, Stage II - 54%, Stage III - 39%, Stage IV - 7%. Limapuluh persen pasien biasanya terjadi rekurensi, baik lokal maupun ditempat yang lain, atau keduanya. Rekurensi lokal lebih sering terjadi pada kanker rektum daripada kanker kolon. Angka rekurensi berkisar 5-30%, terjadi 2 tahun setelah pembedahan. Faktor yang mempengaruhi rekurensi antara lain stadium tumor primer, lokasi tumor primer.

















BAB III
STATUS ORANG SAKIT

ANAMNESA PRIBADI
Nama                           : MHN
Umur                           : 26 tahun
Jenis Kelamin              : Perempuan
Status Perkawinan      : Belum Menikah
Pekerjaan                     : -
Suku/Agama               : Islam
Alamat                        : Jl. H Adam Malik Gg Rela No 55
Tanggal Masuk            : 206 Januari 2015
No. RM                       : 59.83.07

ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama           : Sulit BAB
Telaah                          : Hal ini dialami pasien sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan BAB berdarah ditemui sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan benjolan pada anus ditemui sejak 7 bulan yang lalu. Awalnya benjolan dirasakan hanya 1 dan semakin lama bertambah banyak.
RPT     : DM (-), Hipertensi (-), asma (-),operasi perut (+)
RPO    : Tidak jelas

STATUS PRESENS
Sensorium                   : Compos Mentis         Anemis            : (-)
Pancaran wajah           : biasa                          Tek. Darah      : 110/80 mmHg
Ikterus                         : (-)                              Sikap paksa     : (-)
Nadi                            : 80 x/I                         Sianosis           : (-)
Ref. Fisiologis             : (+)/(+)                        Pernapasan      : 20 x/i
Dyspnoe                      : (+)                             Ref. Patologis : (-)/(-)
Suhu                            : 37 0C                         Edema             : (+)
BB : 40 kg; TB : 156 cm                                 KU/KP/KG     : sedang/berat/berat
IMT                             : 16,43 (underweight)
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Mata : Konj. Palp. Inf. Pucat (-)/(-), sclera ikterik (-)/(-), pupil isokor ÆŸ 3 mm
Telinga/Hidung/Mulut : dalam batas normal
Leher : TVJ R-2 cmH2O, trakea medial, pembesaran KGB (-), pembesaran struma (-)
Thoraks Depan :       Inspeksi           : Simetris fusiformis
Palpasi             : SF ki = ka, kesan normal pada kedua lapangan paru
Perkusi            : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi       : SP      : Vesikuler pada kedua lapangan paru
                                                              ST      : (-)
Jantung : HR : 92 x/I, regular, desah (-); M1>M2; P2>P1; A2>A1; A2>P2
Thoraks Belakang :  Inspeksi           : Simetris fusiformis
                                    Palpasi             : SF ki = ka
                                    Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi       : SP      : Vesikuler pada kedua lapangan paru
                                                              ST      : (-)
Abdomen       :           Inspeksi           : Simetris
                                    Palpasi             : Soepel, H/L/R sulit diukur
                                    Perkusi : pekak beralih (-)
                                    Auskultasi       : Peristaltik (+) Normal
Pinggang        :           Tapping pain   : (-)
DRE               :           Teraba massa, sphincter ani tidak adekuat, sarung tangan feses berdarah
Ekstremitas Superior                        : Edema (-)/(-)
Ekstremitas Inferior                         : Edema (-)/(-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 23 JANUARI 2015
Darah Rutin :
MCH : 26.80 pg
MCHC : 32.60 g%
LED : 27 mmHg
KGD Sewaktu 80.70 mg/dL
CES : 157.2 ng/mL
Histopatologi :
Adenokarsinoma (well differentiated)

FOLLOW UP PASIEN
TANGGAL
S
O
A
P
26/01/2015
Pro Kemo I
HD Stabil
Adeno Ca Recti
Irinotecan 250 mg
Leucoverin 560 mg
5FU 560 mg
5FU 1680 mg
5FU 1680 mg
27/01/2015
Pro Kemo I
HD Stabil
Adeno Ca Recti
Irinotecan 250 mg
Leucoverin 560 mg
5FU 560 mg
5FU 1680 mg
5FU 1680 mg
28/01/2015
Pro Kemo I
HD Stabil
Adeno Ca Recti
Irinotecan 250 mg
Leucoverin 560 mg
5FU 560 mg
5FU 1680 mg
5FU 1680 mg
29/01/2015
Pro Kemo I
HD Stabil
Adeno Ca Recti
Irinotecan 250 mg
Leucoverin 560 mg
5FU 560 mg
5FU 1680 mg
5FU 1680 mg


























BAB 4
KESIMPULAN

TEORI
PASIEN
95% pasien berusia diatas 50 tahun, dan hanya 5% pasien berusia dibawah 50 tahun.
Pasien termasuk kasus dengan usia minoritas yaitu usia 26 tahun
Etiologi dan faktor predisposisi yang menyebabkan adenokarsinoma rectal adalah diet rendah serat, lemak, polip di usus, inflammatory bowel disease, riwayat keluarga, faktor gaya hidup, usia diatas 50 tahun,
Pada pasien ini ditemukan etiologi dan faktor predisposisi penyebab adenokarsinoma rectal adalah diet rendah serat dan konsumsi lemak.